Sujiwo Tejo: Pemerintah Gila
Budayawan Sujiwo Tejo menyebut pemerintah saat ini sudah gila. Masyarakat ikut berkontribusi membentuk kegilaan pemerintah.
"Semua yang ada di negara ini mengkontribusikan pemerintah kita jadi gila," tegas Sujiwo dalam diskusi di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (2/7). Pernyataan Sujiwo diamini pengamat kebijakan publik Ichsanuddin Noorsy. Tak hanya pemerintah yang gila, rakyat, terutama yang berduit-juga sering ikut-ikutan gila.
Ichsan mencontohkan, masyarakat pejalan kaki atau pengendara sepeda, selalu diperlakukan semena-semena oleh pengendara mobil. "Inilah cermin bahwa rakyatnya juga seperti itu," ujar Ichsanuddin.
Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Hamdi Muluk pun menyatakan, sangat tidak tepat jika Majelis Ulama Indonesia justru mem-fatwakan premium haram. "Harusnya MUI mengeluarkan haram korupsi," tegasnya.
Budayawan Sujiwo Tedjo kemudian mengungkapkan kebenciannya pada praktek korupsi yang menggurita di negeri ini. Menurutnya korupsi perbuatan yang lebih keji dari menginjak-injak kitab suci.
"Saya akan ngomong menginjak-injak kitab suci tak masalah, karena itu hanya simbol. Tapi korupsi lebih dari menginjak kitab suci," tandas Sujiwo. Menurut Sujiwo, hukuman bagi koruptor seharusnya tak sekadar hukuman seperti diamanatkan UU Tipikor.
"Koruptor seharusnya dikenai pasal berlapis. Selain pasal korupsi karena merugikan negara, koruptor patut dikenai pasal menghina agama, karena korupsi juga tak boleh oleh agama," jelasnya.
Sujiwo mendesak para pemuka agama menyerukan pemberantasan korupsi. Agamawan diminta lebih konkret memberikan dakwah. "Agamawan berhentilah ngomong sesuatu yang tak kongkret, tangis-tangisan. Itu kan menjual sifatnya," kata Sujiwo. (tribun pontianak edisi cetak)