Dosen dan Mahasiswa Alami Penganiayaan saat Satpol PP Pontianak Bubarkan Peringatan Hari Tari Dunia
Dosen dan Mahasiswa Alami Penganiayaan saat Satpol PP Pontianak Bubarkan Peringatan Hari Tari Dunia
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Sekali lagi, paska surat pelarangan pemutaran film “Kucumbu Tubuh Indahku” karya Garin Nugroho yang dilayangkan Walikota Pontianak, tindakan gegabah dan kembali dilakukan oleh Pejabat nomor satu Kota Pontianak tersebut untuk membubarkan kegiatan kesenian atas dasar ketakutan pada LGBT. Bentuk kezaliman pemimpin pada masyarakat. Bibit pengekangan yang terus disiram subur oleh pemimpin yang hanya mengandalkan kemampuan mengerahkan massa dan aparat. Semena-mena tanpa mengedepankan ruang-ruang dialog. Tindakan barbar, anarkis yang diakomodir ini menunjukkan kemerosotan kualitas pemimpin serta masyarakat yang tidak bisa didiamkan !
NURSALIM YADI ANUGERAH
(Seniman, Komponis dan Direktur Artistik Balaan Tumaan Ensemble)
Satpol PP Bantah Membubarkan
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pontianak mengamankan sejumlah penari yang didatangi masa lantaran dianggap menari porno.
Kasatpol PP, Syarifah Adriana menjelaskan peristiwa awal krena adanya berita yang tersebar, bahwa tarian adalah tarian yang tidak baik, laki-laki berbaju porno dan ada yang mengatakan bahwa tarian tersebut dari para LGBT karena melihat video yang beredar.
"Dari itulah kita dari Satpol PP berusaha mengamankan dan ternyata kita kalah cepat sama ormas yang mendatangi TKP. Tapi kita masih berhasil mengamankan tiga orang, dan mereka dapat kita proses sebagaimana mestinya," ucapnya, Selasa (30/4/2019).
Setelah diamankan para penari tersebut, kemudian datanglah penanggung jawab seorang dosen dari Prodi Seni FKIP Untan dan Sanggar tempat penari berlatih.
"Setelah diberikan pengertian dan didata mereka dipulangkan dengan membuat pernyataan terlebih dahulu bahwa tarian itu adalah murni seni dan bukan LGBT,"tegasnya.
Kemudian penanggungjawabnya menyetujui bahwa tarian semacam itu tidak boleh dimainkan lagi di Pontianak, sebab masyarakat Pontianak sebetulnya tidak siap menerima hal semacam itu.
"Disini adalah yang sopan dan sesuai norma yang ada. Kita minta mereka membuat pernyataan baru dipulangkan," tegasnya.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pontianak membantah bahwa pihaknya telah membubarkan Hari Tari Dunia yang digelar di Taman Digulis Untan Pontianak, Senin (29/4/2019) malam.
Kasat Pol PP Kota Pontianak Syarifah Adriana menjelaskan peristiwa yang terjadi saat momen peringatan Hari Tari Dunia.
Bukan pihaknya yang membubarkan, tapi oleh massa karena menganggap berbau porno.
Adriana membeberkan peristiwa awal karena adanya berita yang tersebar bahwa tarian adalah tarian yang tidak baik.
Dimana laki-laki berbaju porno dan ada yang mengatakan bahwa tarian tersebut dari para LGBT karena melihat video yang beredar.