Breaking News

Refleksi Hari Konsumen Nasional 20 April, Siti Maulida: Perilaku Konsumtif Penting

Ditetapkannya hari konsumen ini pada keputusan presiden Nomor 13 tentu saja agar setiap tahunnya masyarakat Indonesia melakukan evaluasi

Penulis: Syahroni | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Siti Maulida 

Citize Reporter
Mahasiswi IAIN Pontianak
Siti Maulida

Refleksi Hari Konsumen Nasional 20 April, Siti Maulida: Perilaku Konsumtif Penting

PONTIANAK - Tidak banyak yang tahu bahwa tanggal 20 April merupakan hari Konsumen Nasional.

Ditetapkannya hari konsumen ini pada keputusan presiden Nomor 13 tentu saja agar setiap tahunnya masyarakat Indonesia melakukan evaluasi terhadap perekonominya, khususnya dari segi pengeluaran.

Seperti yang sudah kita ketahui negara ini wilayahnya strategis, sehingga menjadi sasaran empuk untuk objek perdagangan bagi negara lain.

Apalagi masyarakat Indonesia pengguna sosial media tertinggi di antara negara negara lain, sehingga memungkinkan masyarakatnya untuk selalu update terhadap tren perkembangan zaman.

Secara tidak sadar perilaku konsumtif menjadi budaya turun temurun, yang tentunya akan berlanjut jika tidak segera ditindak lanjuti. Namun bisakah mengurangi budaya konsumtif yang bisa dikatakan mendarah daging bagi masyarakat Indonesia?

Baca: Tukang Jahit Dapat Doorprize Utama Zumba Sehat Tribun Pontianak

Baca: UBSI Pontianak Gelar Persamaan Persepsi Pembimbing Tugas Akhir

Baca: Inilah Nama Lima Desa yang Ada di Kecamatan Anjongan

Sebenarnya perilaku konsumtif sendiri penting bagi manusia, karena jika kita tidak mengonsumsi sesuatu maka tidak akan bertahan hidup.

Perekonomian akan terjadi jika terdapat pihak yang memproduksi dan pihak yang mengkonsumsi. Jika salah satu tidak ada, maka mustahil perekonomian terjadi, baik secara mikro maupun makro.

Lantas sebenarnya apa sih menjadi permasalahan?, menurut penulis pribadi adalah gaya hidup yang berlebihan.

Jika kita hubungkan dengan agama, Allah menciptakan seluruh alam ini agar dikelola oleh manusia, sehingga manusia bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Sebagai agama yang sempurna, Islam telah memberikan rambu-rambu berupa batasan-batasan serta arahan-arahan positif dalam mengelola sumber daya. Tentunya arahan positif itu adalah tidak berperilaku boros atau berlebihan dalam mengkonsumsi sesuatu, penegasaanya bahkan termaktub dalam Al-Quran surah Al Isra ayat : 27.
”Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya”

Gaya hidup manusia terbentuk akibat lingkungan, umumnya masyarakat perkotaan gaya hidupnya lebih mewah, berbeda dengan masyrakat perdesaan yang gaya hidupnya sederhana.

Ternyata jika dihubungkan dengan ilmu ekonomi, ini yang menyebabkan inflasi di kota lebih tinggi daripada di desa. Hal ini disebabkan masyarakat kota mengkonsumsi sesuatu karena kebutuhan dan keinginan, sedang masyarakat desa mengkonsumsi sesuatu karena kebutuhannya saja, asal bisa makan dan cukup untuk keseharian.

Gaya hidup hendonisme yang mulai mewabah dalam kehidupan masyarakat modern semakin tak terkendalikan, apalagi dengan adanya media sosial seperti instagram yang menjadikan peluang masyarakat untuk menunjukan tren tren yang diikutinya.

Memang hendonisme sendiri juga mendorong kegiatan ekonomi dan bisnis baru yang dapat mendorong lahirnya perusahaan dan industry barang barang mewah. Namun produk industri atau bisnis barang mewah tersebut tidak terjangkau bagi orang yang tidak mampu, produk mewah tersebut hanya dijadikan sebagai pemuas hawa nafsu bagi orang orang mampu saja. Sehingga terlihat secara signifikan ketimpangan sosial penampilah orang yang kurang mampu dengan yang mampu.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved