Giliran Ratusan Massa Dari Desa Kuala Satong Lakukan Mediasi di DPRD Ketapang
Ratusan orang kembali mendatangi Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ketapang pada Kamis (28/03/2019) pagi
Penulis: Nur Imam Satria | Editor: Tri Pandito Wibowo
Giliran Ratusan Massa Dari Desa Kuala Satong Lakukan Mediasi di DPRD Ketapang
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KETAPANG - Ratusan orang kembali mendatangi Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ketapang pada Kamis (28/03/2019) pagi.
Massa yang berjumlah sekitar 300an orang ini datang menggunakan belasan mobil bak terbuka. Massa tersebut berasal dari Koperasi Bina Satong Lestari (BSL) yang terletak di Desa Kuala Satong Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang. Mereka datang untuk mengadukan permasalahan koperasi kebun sawit yang tak kunjung selesai.
Kedatangan mereka pun untuk menyampaikan aspirasi mereka ke dewan agar bisa mengambil sikap terhadap masalah yang dihadapi dengan PT. Kayung Agro Lestari (KAL). Kedatangan massa disambut oleh Wakil Ketua DPRD Ketapang, Junaidi.
Baca: Sutarmidji Perlu Nilai Singkronisasi Dana Desa dan Peningkatan Kesehatan Desa
Baca: PT CUS dan PT JV Terima Sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil
Baca: HASIL Sementara Piala Presiden 2019, Kalteng Putra Tunggu Pemenang Laga Bhayangkara Vs Arema
Ketua Koperasi BSL, Muhammad Anton, mengatakan dari data laporan hasil produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang disampaikan manajemen PT. KAL tiap bulan serta hasil penilaian fisik oleh Dinas Perkebunan Ketapang, terbukti bahwa kebun mitra Koperasi BSL mengalami kerugian. Hal itu disebabkan rusaknya kebun. Bahkan, kerugian koperasi lebih Rp 1Miliar setiap bulannya.
"Ini sudah berjalan beberapa tahun. Jika ditotalkan, kerugian koperasi lebih dari Rp 32 miliar," sebut Anton, Kamis (28/03).
Ia pun menilai perusahaan yang membuka perkebunan di Desa Kuala Satong dan sekitarnya dinilai tidak sungguh-sungguh merawat kebun mitra BSL.
"Kita membawa masalah ini ke Pemerintah Kabupaten, agar mengetahui kondisi kebun mitra yang jadi tanggungjawab PT. KAL. Sejauh ini kebun mitra belum dinikmati hasilnya oleh anggota," jelas Anton.
Anton kembali mengungkapkan, luas kebun mitra BSL sekitar lebih 400 hektare sejauh ini baru 100 hektare lebih yang bisa dipetik hasilnya. Itupun ia mengaku baru berjalan beberapa bulan. Selebihnya, masih butuh perawatan yang sungguh-sungguh. Sementara Anton menyebutkan kalau anggota koperasi berjumlah lebih dari 700 kepala keluarga (KK).
"Dari 100 hektare lahan tersebut hanya menghasilkan sekitar Rp 400 juta. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan biaya perawatan setiap bulannya," lanjutnya.
"Hasil panen setiap bulan sangat jauh dari biaya operasional. Masih tekor. Bagaimana untuk nyicil angsuran koperasi ke bank, karena kebun mitra digarap perusahaan meminjam uang di bank atas nama koperasi," paparnya.
Dia menambahkan, jika tuntutan yang disampaikan tidak mendapat respon positif dari pihak perusahaan, anggota koperasi mendesak pemerintah untuk menutup PT. KAL dari Kuala Satong.