Lima Balita Alami Gizi Buruk, Dokter Sebut Ortu Tak Akses Posyandu

Pelayanan yang diberikan pada penderita gizi buruk adalah gratis dan tidak dipungut biaya.

Penulis: Syahroni | Editor: Didit Widodo
internet
Ilustrasi Gizi Buruk 

Laporan wartawan Tribun Pontianak, Syahroni

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, TRIBUN - Dokter Umum Pusat Pemulihan Gizi Buruk, dr Mardiyah menjelaskan pada tahun 2019 ini terdapat 10 anak yang mengalami gizi buruk. Mereka dilakukan rawat inap dengan waktu yang bervariasi.

Dari 10 anak gizi buruk ini lima masih dirawat, bahkan ada yang telah 22 hari menginap di Pusat Pemulihan Gizi di Puskesmas Saigon, Pontianak Timur tersebut.

“Mereka yang gizi buruk mayoritas orangtuanya tak mengakses posyandu sehingga anaknya tak terkontrol. Dari 10 orang tersebut tersebar di semua kecamatan se Kota Pontianak,” ujarnya, Senin (25/3/2019)

Ia memaparkan bahwa TFC adalah khusus untuk anak Gizi buruk, pemberian pola gizi makanan yang diatur, tidak ada menggunaka infus, tim medis hanya melakukan pengontrolan pola makan.

"Kita fokus pada pemberian pola makan, awal datang pemberian makan pada tahap stabilisasi, yaitu pemberian F75, selama 3 jam. Setelah keadaannya membaik kita berikan formula F100. Setiap hari, akan kita lihat kenaikan berat badan dan infeksi lainnya, biasanya anak gizi buruk akan ada infeksi lain yang menyertai," jelas Mardiyah.

Baca: Lima Balita di Kota Pontianak Alami Gizi Buruk Kronis

Baca: Tes Urine Sasar Para Guru Kota Pontianak, Pemkot Akan Jadikan Mereka Duta Anti Narkoba

Baca: Kamil Onte Bangga IKIP PGRI, Sebagai Alumni Ini Dia Pesan-pesannya

Berdasarkan data perawatan yang yang dilakukan oleh TFC, sepanjang 2018 lalu ada 30 anak di Kota Pontianak mengalami gizi buruk dan awal tahun 2019 sudah mencapai angka 10. Ia berharap angka ini tak lagi bertambah.

"Hal ini bukan merupakan wabah, karena rata-rata harus discreening melalui posyandu ada juga warga yang tidak pernah mengakses posyandu. Biasanya yang gizi kurang sebelum menjadi gizi buruk akan ditangani terlebih dahulu agar tidak menjadi gizi buruk," ucapnya.

Mereka yang mengalami gizi kurang hanya dilakukan rawat jalan dan akan dipantau agar tidak menjadi gizi buruk. Dokter Mardiyah menegaskan mereka yang mengalami gizi kurang jika tak cepat ditangani akan akan menjadi gizi buruk.

Dari penanganan melalui terapi makanan dan juga berkoordinasi dengan dokter spesialis anak yang di tugaskan di Puskesmas.

Tindak lanjutnya setelah dari TFC akan dilakukan oleh petugas gizi dari Puskesmas masing-masing supaya tidak menjadi gizi buruk.

"Gizi buruk bisa terjadi karena pola makan, pola asuh dan ekonomi serta penyakit penyerta.

Hampir 80 persen karena pola makan dan ekonomi," ujar Dokter Mardiyah yang merupakan dokter umum di Puskesmas Parit Mayor.

Pelayanan yang diberikan pada penderita gizi buruk adalah gratis dan tidak dipungut biaya.

"Pelayanan diberikan gratis, tidak dipungut biaya. Tenaga medis disini ada satu dokter umum, satu dokter anak, petugas gizi empat, lima perawat dan tiga petugas lab yang saling keterkaitan menangani anak-anak gizi buruk ini," terangnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved