Buku Misterius 'Melawan Amnesia Publik' Masuk Kampus Sambas
Buku Misterius "Melawan Amnesia Publik, Rekam Jejak Prabowo Subianto atas Kejahatan Kemanusiaan, Penculikan, dan Kerusuhan Mei 1998"
Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Tri Pandito Wibowo
Buku Misterius 'Melawan Amnesia Publik' Masuk Kampus Sambas
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS,- Buku Misterius "Melawan Amnesia Publik, Rekam Jejak Prabowo Subianto atas Kejahatan Kemanusiaan, Penculikan, dan Kerusuhan Mei 1998". Telah masuk ke kampus yang ada di Kabupaten Sambas.
Kali ini, buku itu di ketahui beredar di kampus Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas (IAIS) pagi tadi.
Sekretaris Satuan Pengawas Internal IAIS Sambas, H Thamrin Muchsin mengungkapkan, buku-buku itu berjumlah kurang lebih 27 eksemplar. Dan diperkirakan disebar oleh oknum yang tidak bertanggungjawab pagi-pagi sekali.
"Ada kurang lebih 27 eksemplar, Diperkirakan Buku-buku ini sampai di lokasi depan Fakultas syari'ah pagi-pagi sekali, dan pihak keamanan tidak menyadari ini karena disebarkan jauh dari lokasi mereka," ujarnya, Selasa (12/3/2019).
Baca: 22 Buku Melawan Amnesia Publik Rekam Jejak Prabowo Subianto Masuk IAIN, 2 Orang Tak Dikenal Kabur
Baca: PREDIKSI Juventus Vs Atletico Madrid, Tugas Berat Ronaldo CS hingga Nasib Sang Allenatore
Baca: TERPOPULER - Kebiasaan Luna Maya, Valentino Rossi di MotoGP Qatar 2019, Hingga Terduga Teroris
"Saya mencurigai ini diedarkan pihak tak bertanggung jawab," sambungnya.
Menurutnya, setelah mengetahui adanya buku-buku tersebut. Pihaknya langsung mengamankan dan melaporkan ke Bawaslu Kabupaten Sambas.
"Buku tersebut langsung kami amankan dan laporkan ke Bawaslu. Karena dari judul dan cover buku sudah tampak indikasi yang tidak baik, jika mengingat masa sekarang yang masuk pilpres," terangnya.
Ia menjelaskan, jika dilihat sekilas buku-buku tersebut memang ditargetkan untuk menyasar kalangan mahasiswa. Dan ia ungkapkan, konten dari buku tersebut mengandung indikasi Black Champaign (Kampanye hitam).
"Buku tersebut dibaca sekilas memang mentargetkan mahasiswa. Dan pihak kampus melarang beredarnya buku ini di lingkungan kita, sesuai dengan aturan bawaslu yang juga melarang beredarnya buku ini," tegasnya.
Untuk itu, ia meminta kepada kalangan civitas akademika menahan diri agar tidak terlibat dalam politik praktis.
"Buku ini mengandung indikasi black campaign. Oleh karenanya. Kampus sangat menghimbau civitas akademika untuk tidak terlibat dalam politik praktis," tutupnya.