Hakiki: Degradasi Ideologisasi Kader HMI

Sudah tidak asing lagi sering terlintas di daun telinga kita, mendemgar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Penulis: Ramadhan | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Kabid PTKP HMI Cabang Pontianak, Hakiki. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak David Nurfianto

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Sudah tidak asing lagi sering terlintas di daun telinga kita, mendemgar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

HMI adalah organisasi terbesar dan tersebar di indonesia sejak 05 Februari 1947 yang di prakarsai oleh Prof. Lafran pane.

Saat ini yang terdiri dari 212 Cabang di Indonesia membuat sebutan HMI masih tetap eksis di mata masyarakat sekitar.

Istilah kader HMI menurut AS Hornby "sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar". Istilah ini tidak lagi mendarah daging bagi kader HMI sendiri.

Baca: Muscab VIII Gerakan Pramuka Kwartir Ketapang Resmi Dibuka

Baca: Duta Anti Narkoba 2019 Vera: Pemakai Harus Direhab Biar Pulih

Baca: Bhabinkamtibmas Polsek Belitang Terus Serukan Pemilu Damai Kepada Masyarakat

Sebagai insan progresif dan dinamis yang telah allah fasilitasi dengan akal yang sempurna harus mampu memetakan skala prioritas dan sadar akan hak dan kewajiban nya serta peran dan fungsi nya diciptakan dimuka bumi ini.

Singkat cerita Pada dasar nya tujuan HMI ini di dirikan hanya untuk menjaga keseimbangan keummatan dan kebangsaan.

Seiring perkembangan zaman tujuan ini di permak seindah mungkin sehingga jadilah tujuan HMI "Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi allah subhanahu wata'ala".

Menanggapi beragamnya tipologi kader HMI, Kabid PTKP Cabang Pontianak, Hakiki menyebutkan bahwa hal yang melatarbelakangi beragammnya tipologi tersebut belum jelas.

"Entah karena unsur kepentingan atau karena unsur pengabdian yang sudah terpatri di benak hati nya sendiri. Seandainya kita tela'ah perjuangan Mereka melupakan suri tauladan nabi, yang terseok dan berdarah-darah meniti jalan perjuangan demi menegakkan keislaman dan kesejahteraan umat," jelas Hakiki, Minggu (13/1/2019).

Baca: Bhabinkamtibmas Polsek Belitang Terus Serukan Pemilu Damai Kepada Masyarakat

Baca: Ahok Akan Temui Wanita Ini Usai Bebas 24 Januari 2019: Sosok Sangat Dikenal,Tak Mau Ada Penyambutan

Hakiki mengungkapkam kader HMI tidak lagi melirik generasi sahabat Nabi yang karib dan akrab dengan berbagai ujian dan kesusahan, semata untuk Istiqomah menggenggam misi perjuangan.

Semenjak goresan tulisan ini di ukir, lanjut Hakiki sampai saat ini belum terlihat adu ide dan gagasan untuk memecahkan masalah di Negeri ini. Sehingga masalah semakin bertumpuk sedangkan kadernya hanya sibuk mencari keuntungan pribadi.

"Pergulatan pemikiran, perdebatan intelektual yang biasanya terjadi di setiap warung kopi saat ini hanya sibuk game demi mencari kepuasan dan kesenangan sendiri," tambahnya.

Hakiki menuturkan pada dasarnya HMI sebagai organisasi perjuangan yang di ukir di AD pasal 9 hanya menjadi hiasan konstitusi. Secara naratif kemerosotan kader HMI sejak era pasca reformasi sudah nampak dan jelas HMI saat ini tidak seperti HMI dulu lagi.

"Yang mampu memberantas kebiadaban PKI yang sudah mengikis ketentraman dan kesejahteraan, dan mampu menumbangkan tirani dan segudang kedzaliman di negeri ini. Ramalan Dalam 44 indikator kemunduran HMI buah karya dari kanda Prof. H agus salim sitompul sudah di konsumsi oleh kader hmi pada saat ini," tegasnya.

Hakiki menilai salah satu yang harus di perhatikan untuk membangkitkan kembali khittah perjuangan hmi adalah pengkaderan. Saat ini pengkaderan merupakan problem pokok yang akan merembet kepada jalur lainnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved