Tsunami Banten dan Lampung
Polemik Tsunami di Selat Sunda, BMKG Jelaskan Antara Gelombang Tinggi dan Gelombang Tsunami
Gelombang Tsunami yang menerjang Pantai Anyer di Lampung dan Banten pada malam hari, Sabtu (22/12/2018), sekitar pukul 21.15 wib.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Duka mendalam bagi masyarakat Indonesia masih terasa hingga saat ini.
Evakuasi para korban dampak bencana Tsunami di Selat Sunda masih terus dilakukan.
Ratusan nyawa melayang, ribuan diantaranya alami luka dan juga masih hilang.
Gelombang Tsunami di Selat Sunda yang menerjang Pantai Anyer di Lampung dan Banten pada malam hari, Sabtu (22/12/2018), sekitar pukul 21.15 wib.
Tidak ada yang mengira kejadian bencana ini terjadi.
Bahkan awalnya muncul polemik dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut kejadian itu sebagai gelombang tinggi yang disebabkan adanya bulan purnama yang menimbulkan gaya gravitasi tertentu.
Namun, BMKG kemudian merevisi pernyataannya dan mengubah gelombang tinggi menjadi tsunami setelah melakukan serangkaian analisis.
Dilansir dari Kompas.com beda pernyataan ini terjadi karena fenomena yang cukup membingungkan, perpaduan antara gaya gravitasi bulan purnama dan erupsi Gunung Anak Krakatau di tengah Selat Sunda.
Baca: Gas Elpiji 3 Kilogram Langka, Dijual Rp45 ribu Pertabung
Baca: Update Terbaru Korban Tsunami Banten dan Lampung, 373 Tewas, Ini Video Penjelasan BNPB
Baca: Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Istri Ifan Seventeen Dylan Sahara Ditemukan Meninggal Dunia
Padahal, menurut BMKG, Indonesia merupakan kawasan kepulauan yang memiliki potensi tsunami cukup tinggi, terutama bagi daerah-daerah yang menjadi titik pertemuan lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik.
Nah, jadi apa yang membedakan antara kedua jenis gelombang tersebut?
Dalam konferensi pers tsunami Selat Sunda di Yogyakarta, Minggu (23/12/2018) kemarin, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan beberapa perbedaan mendasar antara gelombang tinggi dan gelombang tsunami.
Ini caranya BMKG pun rutin mengeluarkan peringatan gelombang tinggi di berbagai daerah jika memang diprediksi akan terjadi.
Namun tidak dengan tsunami yang kejadiannya tidak dapat diprediksi dan mendadak.
"Gelombang pasang tidak terjadi seketika, tapi secara pelan. Kalau tsunami, terjadi tadi malam itu, terjadi tiba-tiba. Terjadi tiba-tiba sekali, tidak ada (pertanda). Makanya kalau kita melihat kan masyarakat masih banyak melakukan aktivitas, Band Seventeen masih jalan, baru dua lagu itu," kata Sutopo kepada awak media.
Baca: Mantan Bupati Landak, Ajak Maknai Perayaan Natal dengan Aman dan Damai
Baca: Istri Ifan Seventeen Ditemukan dan Ditutup Kain Hijau: Alhamdulillah Kita Udah Semobil Lagi
Baca: Sempat Terpisah! Artis Cynthia Wijaya, Suami dan Anaknya Selamat dari Tsunami Banten
Kemudian, dari video di atas dapat dilihat bahwa gelombang tsunami disertai dengan kekuatan dorong yang besar, berbeda dengan gelombang tinggi yang kekuatannya berdasarkan angin.