Mengenang 9 Tahun Kepergian Gusdur, Daniel : Kangen Gusdur, Guru Bangsa Pembela Kemanusiaan

Daniel pun menerangkan, jika Gus Dur merupakan guru bangsa yang dapat menjadi tauladan bagi semua orang.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ ISTIMEWA
Wasekjend DPP PKB, Daniel Johan saat bersama Almarhum Abdurrahman Wahid atau akrab di sapa Gus Dur sekitar tahun 2007 lalu 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridho Panji Pradana

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Wasekjend DPP PKB, Daniel Johan menuturkan jika dirinya rindu akan sosok Almarhum Abdurrahman Wahid atau lebih kenal dan akrab disapa Gusdur.

Menurutnya, Gus Dur mengangkat kembali harkat dan martabat orang Tionghoa. Bukan hanya etnis Tionghoa saja, namun etnis-etnis lainnya yang tertindas juga selalu dibela oleh Gus Dur, jadi tidak heran Gus Dur diangkat sebagai Bapaknya orang Tionghoa.

Baca: Harga CPO Anjlok di Level MYR 1.960/ton, Daniel Johan: Pemerintah Harus Serius

Baca: Suhandi : Harap Kabinet Singkawang Hebat Lebih Mengutamakan Putra Putri Asli Singkawang

"Bayangkan seorang Kiai yang juga Ketua Umum Nahdlatul Ulama yang diangkat sebagai Bapak Tionghoa. Itu karena saking cintanya kami kepada Gus Dur, dahulu akar budaya Tionghoa dicabut, penggunaan bahasa tidak boleh, sekolah-sekolah dibatasi. Hak-hak politik, hak-hak sosial, hak budaya diberangus. Seakan-akan Tionghoa itu diperlakukan seperti warga kelas dua. Dan itu buat kita tragis," terangnya, Minggu (16/12/2018).

Daniel pun menerangkan, jika Gus Dur merupakan guru bangsa yang dapat menjadi tauladan bagi semua orang.

"Dari seluruh pemikiran dan kerja-kerja Gus Dur, jika kita peras menjadi satu kata, maka intisari dari sosok Gus Dur adalah pengabdiannya kepada kemanusiaan. Gus Dur mengajarkan kita bagaimana mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan ditempat yang tinggi. Gus Dur sangat mencintai kemanusiaan," tuturnya.

Ia pun mengatakan, jika Gus Dur adalah seorang humanis dan nasionalis yang begitu mencintai rakyatnya tanpa membeda-bedakan agama, suku, dan latar belakangnya. Gus Dur membuat keislaman menjadi begitu indah dan dicintai, bahkan oleh umat lain.

Humanis dan nasionalis tersebut, kata dia, yang diwariskan Gus Dur ke PKB, sehingga PKB penting menjadi besar untuk mewujudkan nasionalisme dan kemanusiaan yang berkeadilan sosial tersebut.

"Waktu beliau jadi Presiden saya pernah diundang ke Istana hanya untuk makan pagi. Bangga dan senangnya minta ampun, Saya diberi pesan katanya, 'suatu saat kamu harus ikut besarkan PKB'. Itu tahun 2000 dan saya bukan siapa-siapa. Saya hanya anak muda biasa. Saat itu saya belum di PKB dan nggak kepikiran mau di partai. Saya hanya seorang aktivis, tapi saat itu Gus Dur sudah bicara bahwa 'saya ingin Tionghoa juga bisa menjadi pemimpin yang baik dan dicintai," saya waktu itu belum kepikiran sama sekali menjadi pemimpin dan tidak terbayang Tionghoa bisa jadi pemimpin," cerita politisi kelahiran Kalbar ini.

Ia pun menerangkan, jika PKB sudah bertahun-tahun mengajukan kepada pemerintah agar Gus Dur dijadikan pahlawan nasional. Namun memang, lanjutnya, untuk tahun ini, Gus Dur kembali belum mendapat kehormatan itu.

"Harapan kami tahun depan Gus Dur benar-benar dianugerahkan sebagai pahlawan nasional, meskipun sekarang ini rakyat sudah menganggap Gus Dur sebagai Bapak Bangsa Indonesia," kata Wakil Ketua Komisi IV DPR RI ini.

"Dan disaat situasi kebangsaan Indonesia saat ini penuh dengan kekisruhan, saya merasa sangat rindu dengan Gus Dur, dengan rangkulan humanismenya dan rasa humornya," tukas Daniel. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved