Waspada! 315 kasus DBD Terdata di Kubu Raya, 5 Diantaranya Meninggal Dunia
Penyebaran DBD ini diakuinya merata di 9 kecamatan namun memang paling besar ada di 7 wilayah kerja puskesmas di Kubu Raya.
Penulis: Try Juliansyah | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribunpontianak, Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBU RAYA - Hingga awal Desember 2018 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kubu Raya mengalami peningkatan dari tahun 2017.
Kasi P2M Dinas Kesehatan Kubu Raya, Daniel Irwan mengatakan pada 2017 lalu kasus DBD mencapai 200 lebih kasus, sementara di 2018 hingga hari ini mencapai 315 kasus.
Baca: Kenali Tanda-tanda Demam Berdarah dan Cara Penanganan Awalnya
Baca: Waspada! DBD di Sungai Raya Dalam Meningkat Hampir 100 Persen
"Memang ada peningkatan jumlah kasus untuk DBD, 2017 itu 200an kasus dengan 3 korban meninggal. Sementara 2018 hingga saat ini ada 315 kasus dengan 5 korban meninggal," ujarnya, Minggu (9/12/2018).
Penyebaran DBD ini diakuinya merata di 9 kecamatan namun memang paling besar ada di 7 wilayah kerja puskesmas di Kubu Raya.
"Untuk kasus meninggal di Kubu Raya itu ada di Ambawang, Sungai Raya dalam paling banyak dan di arah mau ke kakap. Kalau untuk yang rawan ada di 7 wilayah kerja Puskesmas diantaranya di Puskesmas Ambawang, lingga, sungai raya dalam, sungai durian, kopri, kakap, sungai rengas," katanya.
Dengan adanya korban meninggal menurutnya memang statusnya KLB namun hanya untuk dinas kesehatan.
"Jadi untuk penentuan Status KLB ini memang hanya di dinas sehingga tindakan lebih di perkuat termasuk pencegahan," katanya.
Penyebab tingginya kasus DBD ini diakuinya disebabkan banyak faktor, termasuk untuk korban meninggal.
"Kalau di 2017 lalu itu karena memang lokasinya di pasang tikar dan pihak keluarga tidak mau di rujuk. Untuk yang sekarang ini ada yang pencegahannya kurang baik, biasanya mereka ke dokter praktek kemudian diberikan obat dan sembuh namun ketika panas kembali naik dan trombosit menurun baru di rujuk ke rumah sakit dan rata-rata tidak tertolong," ungkapnya.
Karena itu ia menegaskan untuk penanganan DBD memang harus dilakukan sedini mungkin.
"Untuk kasus yang penangannnya langsung oleh kami atau Puskesmas dan sejak dini hampir 100 persen pasien selamat," tuturnya
Menjelang siklus lima tahunan pada 2019 mendatang diakuinya sangat dimungkinkan peningkatan penderita DBD akan semakin meningkat.
Karena itu pihaknya telah mengupayakan berbagai program.
"Tindak preventif kita PSN dan 3M plus, menggerakkan satu rumah satu Juru Pemantau Jentik (jumantik), kemudian abatesasi. Untuk logistik saat ini cukup dimana fogging di 20 ada mesin fogingnya, abate untuk kasus ini hingga akhir tahun masih ada 300 Kg. Karena siklus lima tahunan kemungkinan ada peningkatan di 2019, untuk tahun depan kita di perencanaan kegiatan foging dan Abate sudah siapkan, tahun depan setiap Puskesmas yang kasusnya banyak maka disiapkan dua mesin foging," tutupnya.