Mengenal Ketua Umum Cap Go Meh Singkawang, Si Raja Pulsa!
Hengky Setiawan didaulat menjadi Ketua Umum Perayaan Cap Go Meh Kota Singkawang empat tahun ke depan periode 2019 hingga 2022.
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Madrosid
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridhoino Kristo Sebastianus Melano
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG - Hengky Setiawan didaulat menjadi Ketua Umum Perayaan Cap Go Meh Kota Singkawang empat tahun ke depan periode 2019 hingga 2022.
"Saya dipercaya sama ibu kota wali kota dan semua tim dari Singkawang," katanya, Jumat (30/11/2018).
Hengky didukung penuh oleh Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie dan ketua panitia yang lama serta semua perangkat panitia ketua masing-masing bidang.
Pertemuan membahas rencana Cap Go Meh 2019 telah dilangsungkan di Telesindo, Jalan Gajah Mada, Krukut, Taman Sari, Jakarta Barat, Kamis (29/11/2018).
Baca: Panitia Cap Go Meh Singkawang Berupaya Datangkan Presiden Joko Widodo
Jika membahas bisnis sukses yang berawal dari modal minim, maka nama Hengky Setiawan harus masuk daftarnya.
Hengky adalah pendiri PT Tiphone Mobile Indonesia, perusahaan penjual kartu telepon prabayar di Indonesia yang kini udah memiliki 450 outlet dengan keuntungan mencapai US$ 2 miliar atau Rp 29, 8 triliun.
Dengan kepemilikan saham perusahaan hampir 50 persen, diperkirakan Hengky secara reguler mendapat keuntungan sampai $280 juta atau setara Rp 4,1 triliun.
Perusahaan berprofit triliunan Rupiah ini bermula dari kios kecil berukuran dua meter persegi dan modal cuma Rp 5 juta pemberian sang ayah. Bisnis ini awalnya juga cuma iseng-iseng.
Bermula dari HP bekas
Pada 1989, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara ini iseng menjual ponsel bekas kepada teman-temannya. Ponsel yang ia beli Rp 5 juta ternyata laku Rp 7 juta. Untung Rp 2 juta yang ia dapat kemudian digunakan sebagai modal buat jual beli ponsel bekas lagi.
Dalam sebulan Hengky Setiawan mampu menjual lima ponsel bekas dengan keuntungan sebesar Rp 2 juta per ponsel. Dengan kata lain, dalam sebulan ia berhasil mengumpulkan hingga Rp 10 juta. Pada tahun 80-an, angka tersebut udah terbilang tinggi banget.
Jeli melihat peluang
Pada tahun 1990an, Hengky Setiawan mulai menjual ponsel dengan sistem purchase order (PO). Gimana caranya? Mirip seperti cara kerja calo: beli banyak dari dealer lalu dijual lagi dengan harga lebih tinggi.
Jadi gak lagi beli satuan seperti sebelumnya. Dan jualnya juga ponsel baru, bukan lagi bekas.