Ale-ale, Film Pendek yang Membakar Semangat Anak Muda
Di tepian sungai terdapat keluarga kecil yang tinggal dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan mata pencaharian sebagai Nelayan.
Penulis: Rizki Fadriani | Editor: Madrosid
Citizen Reporter
Penulis Lepas
Ahmad Saufi
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Bella
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Di tepian sungai terdapat keluarga kecil yang tinggal dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan mata pencaharian sebagai Nelayan.
Sang Bapak dari pagi hingga menjelang malam, mencari Ale-ale untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Sampai suatu ketika, Ayu putri sang Bapak yang jenuh dengan menu makanan Ale-ale dan menginginkan makanan lain yang lebih modern karena melihat teman sekolahnya membawa makan tersebut.
Bapak dan Ibu berusaha meyakinkan Ayu bahwa Ale-ale makanan yang paling enak dan belum ada tandingannya.
Baca: Penembakan Viral di Facebook, Polres Ketapang: Yang Melakukan Oknum Anggota Polsek Pelabuhan
Dengan keterbatasan ekonomi dan kesederhanaan keluarga ini mampu bertahan di tengah-tengah tuntutan kehidupan modern, mereka tetap bahagia menjalani kehidupan mereka dengan penuh rasa syukur.
Itulah sinopsis dari film pendek berjudul ale-ale berdurasi 18 menit , yang mengambil Lokasi syuting di Pantai Cilincing Desa Suka Baru Kecamatan Benua Kayong Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat.
Adalah Meli Oktavia Rulinda, tokoh dibalik suksesnya menukangi proses pembuatan film pendek tersebut.
Perempuan kelahiran Ketapang, 09 Oktober 1990 yang pernah memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak, mengatakan tujuan dari pembuatan film Pendek ini, adalah menampilkan ketapang yang kaya akan keindahan alamnya dan garis pantai terpanjang di Kalimantan Barat.
"Kami sangat senang ternyata apresiasi orang-orang ketapang tak disangka-sangka sangat positif dan antusias, mereka sangat menantikan film ini dan kami bangga karena sedikit berkontribusi terhadap perkembangan industri kreatif di kota ketapang", ucap Meli.
Gadis yang pernah aktif di UKM sarang semut yang, merupakan sarana pengembangan seni mahasiswa di lingkungan Universitas Tanjungpura, mengatakan latar belakang ketertarikan mengangkat tema lokal Ale-Ale tentu sangat menarik dan iconic, misalnya makanan khas Ketapang yang tidak ditemukan ditempat lain.
"Menyebut judulnya saja, orang akan terus mengingat "Ale-Ale" yang sudah semestinya menjadi kebanggaan kita masyarakat Ketapang," terangnya.
Menurut Meli, film ini memakan waktu selama 2 bulan proses pembuatannya dan sebanyak 22 Orang terlibat didalamnya yang memiliki latar belakang seni di industri kreatif.