Idul Adha
Memaknai Idul Adha, Mulai dari Teladani Keluarga Nabi Ibrahim Sampai Bangun Semangat Solidaritas
Nabi Ismail sendiri menurutnya adalah cerminan ideal sikap seorang anak terhadap orangtua. Seorang anak yang patuh terhadap orangtua
Penulis: Ishak | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ishak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Momentum Idul Adha hadirkan begitu banyak hikmah luar biasa. Mulai dari gambaran ideal sebuah keluarga, pesan moral dalam bermasyarakat, sampai gagasan persatuan bangsa.
"Banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik dari kehidupan keluarga Nabi Ibrahim dan Ismail," ujar Sekretaris Umum Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kalbar, Dr. Zulkifli Abdillah, MA, Senin (20/08/2018).
Baca: Putussibau Selatan Sempat Dilanda Hujan Es, Inilah Videonya
Baca: Misi Dhifa Mencari Bakteri Penyelamat Lingkungan dari Ancaman Limbah Plastik
Ia mengungkapkan, perintah ber-qurban dalam momentum Idul Adha sendiri memang punya akar sejarah yang tak bisa dilepaskan dari keluarga Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Karenanya, momentum Idul Adha ini menurutnya harus dimaknai dengan meneladani kisah kedua nabi tersebut.
"Satu di antaranya adalah bagaimana pendidikan dalam keluarga itu sangat penting. Sehingga bisa melahirkan generasi - generasi seperti (Nabi) Ismail," lanjutnya.
Nabi Ismail sendiri menurutnya adalah cerminan ideal sikap seorang anak terhadap orangtua. Seorang anak yang patuh terhadap orangtua, dan taat terhadap perintah agama.
Bahkan siap berkorban karena perintah Tuhan. Nilai itupun bisa dimanifestasikan dalam kehidupan nyata saat ini, di mana setiap orang harus bisa berkontribusi dan berkorban demi kepentingan sesama.
Selain itu, Idul Adha juga mengajarkan kepada ummat untuk membangun solidaritas masyarakat. Juga bagaimana menjaga persatuan ummat.
Pesan itu, katanya, tergambar jelas di mana saat para jamaah haji sedang berada di Arafah, ummat muslim lain yang tidak berhaji disunnahkan untuk berpuasa Arafah.
Tumpah ruahnya para jamaah haji di Padang Arafah juga menyiratkan makna lain. Bahwa, di hadapan tuhan, semua manusia sama.
Berbagai macam suku bangsa, tumpah ruah dalam satu momentum akbar pelaksanaan ibadah haji. Tempat yang sama, waktu yang sama, menunaikan ibadah yang sama.
"Tidak ada perbedaan antara satu manusia dengan manusia yang lain, kecuali ketakwaannya. Dan itu ditunjukkan betul dalam agama Islam lewat prosesi ibadah (haji) di Arafah itu," timpalnya.
Oleh karenanya, nilai-nilai positif tersebut menurutnya bisa membuat ummat menjadi lebih bijak dalam bersikap dan bersosial. Mengutamakan solidaritas, persatuan dan kesatuan masyarakat.
Tidak saling menyalahkan. Apalagi tahun ini adalah tahun-tahun politik yang sangat rentan membuat friksi di masyarakat karena perbedaan pilihan dan pendapat dalam politik.
Iapun lantas menganjurkan kepada para khatib untuk bisa sampaikan pesan persatuan dan kesatuan dalam khutbah Idul Adha nanti. Menyejukkan suasana, dan menyadarkan ummat pentingnya menjada solidaritas dan persatuan sesama anak bangsa.