Gelar Konferensi Pers, Ini Penjelasan Kadiskes Pontianak Terkait Meninggalnya RWP Usai Imunisasi MR
Sekarang ini ditambah menjadi imunisasi campak dan rubella. Kandungannya saja yang baru,
Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Jamadin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak Rizky Prabowo Rahino
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak dr Sidiq Handanu menegaskan imunisasi bukanlah hal baru. Begitu juga dengan imunisasi Measles Rubella (MR).
“Imunisasi itu bukan hal baru. Imunisasi campak itu sudah sejak 20 tahun lalu. Biasanya imunisasi kan campak saja. Sekarang ini ditambah menjadi imunisasi campak dan rubella. Kandungannya saja yang baru,” ungkapnya saat hadiri Press Conference terkait kasus meninggal dunianya RWP (12) yang diduga pasca imunisasi MR di Ruang Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Jalan DA Hadi Nomor 7 Pontianak, Senin (13/8/2018) sore.
Sesuai prosedur di Puskesmas, sebelum imunisasi setiap anak diberikan formulir yang harus dilengkapi dan diisi oleh orangtua. Formulir itu berisi informasi terkait riwayat penyakit maupun kondisi kesehatan.
“Informasinya lengkap. Misalnya, apakah ada kontraindikasi ketika pemberian vaksin. Apakah anak itu demam atau sakit. Sebelum vaksin dilakukan, petugas kesehatan juga melakukan screening agar diketahui apakah anak tersebut layak vaksin atau tidak,” terangnya.
Baca: Wali Kota Tjhai Chui Mie Tinjau Kebakaran Lahan di Air Hitam Singkawang Timur
Screening sebagai langkah pemastian kesehatan si anak yang akan diimunisasi agar nantinya tidak ada efek samping. Terkait prosedur imunisasi MR, pihaknya telah melakukan sosialisasi terhadap semua masyarakat selaku orangtua, tenaga guru, tenaga kesehatan dan lainnya.
“Prosedur imunisasi di sekolah sudah sering dilakukan dan sejak lama. Ada namanya bulan imunisasi sekolah. Kita sudah melakukan ORI juga terhadap wadah difteri. Prosedur sudah biasa di lakukan di sekolah,” katanya.
Terkait kasus meninggalnya RWP (12), ia mengatakan berdasarkan investigasi Komite Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KOMDA KIPI) Kalbar, almarhum RWP meninggal dunia diduga karena ensefalitis atau penyakit radang otak. Ia menimpali tidak semua orang tahu masa inkubasi ensefalitis, termasuk dokter sekalipun.
“Cuma, salah satu gejala ensefalitis adalah pusing dan demam,” katanya.
Baca: Jumiadatin: Sampai Kapanpun BHL Jadi Polemik Bersama
Sidiq menambahkan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kesehatan saat akan dilakukan imunisasi, RWP sudah dilakukan screening dengan termometer. Saat itu suhu badannya adalah 36,7 derajat Celsius.
“Suhu itu tidak termasuk kategori demam. Di dalam form checklist screening RWP, semua dijawab tidak. Misalnya apakah menderita batuk, diare, muntah dan lainnya. Pada saat itu tidak diketahui kontraindikasi,” tukasnya.