Miris! Dalam Kondisi Sakit Asnawir Harus Jalani Perawatan di Rumah Tak Layak Huni
Lebih miris ketika pemerintah dengan program rumah tinggal layak huni ternyata juga tidak mampu menyasar hingga ke masyarakat yang membutuhkan.
Penulis: Try Juliansyah | Editor: Madrosid
Laporan Wartawan Tribunpontianak : Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBURAYA - Pertumbuhan ekonomi yang menjadi tebaik ke dua Se Kalimantan Barat, lebih baik dari kota Pontianak bahkan Nasional ternyata tidak dapat membawa masyarakat Kubu Raya untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Hal itu dirasakan warga jalan Hidayat Nomor 8 dusun merpati, Sungai Kakap, Kubu Raya bernama, Asnawir (63) yang sudah mengalami sakit sejak delapan tahun lalu.
Lebih miris ketika pemerintah dengan program rumah tinggal layak huni ternyata juga tidak mampu menyasar hingga ke masyarakat yang membutuhkan.
Dalam kondisi sakit, Asnawir harus tinggal dirumah gubuk berdinding papan beratapkan daun yang kondisinya sangat tak layak.
Baca: Terdengar Letusan Dua Kali, Seorang Brimob di Depok Tewas Luka Tembak di Kepala
Asnawir merupakan perantauan dari Padang yang ketika didatangi oleh tribunpontianak juga cukup sulit untuk berbicara. Sehingga tribunpontianak lebih banyak mendapat informasi dari istrinya yang merupakan warga asli setempat.
"Saya menikah dengan bapak ini sekitaran akhir 1997, dia merupakan perantauan. Sebelumnya delapan tahun lalu sudah diperiksa dan mengalami sakit paru-paru, kemudian mengikuti pengobatan selama enam bulan di puskesmas dan dinyatakan sudah baik," ujar istri Asnawir, Syaidah (38), Rabu (18/7)
Kemudian menurut dia, penyakit suaminya tersebut kembali kambuh dan semakin parah selama satu tahun terakhir.
"Setelah dinyatakan sembuh itu sebenarnya bapak belum sembuh total, bahkan pernah batuk darah. Parahnya sudah satu tahun terakhir ini, pernah dibawa ke rumah sakit Bhayangkara untuk di cek apakah terserang TBC ternyata hasilnya negatif," ungkapnya.
Untuk pengobatan diakuinya menggunakan biaya sendiri tanpa menggunakan BPJS. Syahidah mengaku tak menggunakan BPJS karena besarnya iuran yang harus dibayar setiap bulannya.
"Bapak ini sebelumnya nelayan dan saya hanya pembantu rumah tangga, ketika bapak sakit, praktis pemasukan hanya dari saya dan terkadang saya juga jahir sepatu untuk menambah-nambah pemasukan. Belum lagi saya punya anak sepuluh jadi berat iuran BPJS setiap bulannya," lanjutnya.
Diakuinya beberapa waktu lalu memang ada kepala desa setempat datang untuk memberikan bantuan.
"Kepala desa sama RT ada datang berikan bantuan makanan, dan katanya juga akan mengusahakan perbaikan rumah," katanya.
Baca: LIVE STREAMING Mitra Kukar Vs Sriwijaya FC! Laga Sedang Berlangsung
Syaidah mengaku bukan tidak berharap pada bantuan, tetapi ia merasa putus asa ketika banyak yang datang ingin membantu perbaikan rumah namun tidak ada hasilnya. Bahkan ia mengaku pernah ditipu terkait akan perbaikan rumah tersebut.
"Dulu pernah ada yang mau bantu perbaiki rumah, tapi minta uang 350 ribu, katanya untuk bawa bahan bangunan ke sini. Setelah saya berikan uangnya hingga sekarang mereka tidak datang, banyak juga yang mengatakan akan bedah rumah tapi hasilnya ya seperti ini tidak pernah ada," katanya.
Syaidah berharap uluran tangan dari pemerintah terkait perhatian pada kondisi kesehatan suaminya. Tentunya juga ia sangat mendambakan rumah yang layak huni.
"Tentu saya berharap ada bantuan kesehatan dan perbaikan rumah ini, karena kalau hujan sudah pasti air akan masuk. Karena anak-anak ramai dan ada ibu saya juga makanya ada yang hingga tidur di dapur," tuturnya