Di Sekadau Perang Bedil Menjadi Keharusan Saat Idul Fitri

Perang meriam atau perang bedil menjadi tradisi bagi masyarakat Sekadau dalam menyemarakkan hari raya idul fitri

Penulis: Rivaldi Ade Musliadi | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/RIVALDI ADE MUSLIADI
Perang meriam atau perang bedil menjadi tradisi bagi masyarakat Sekadau dalam menyemarakkan hari raya idul fitri 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rivaldi Ade Musliadi

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SEKADAU - Perang meriam atau perang bedil menjadi tradisi bagi masyarakat Sekadau dalam menyemarakkan hari raya idul fitri.

Menariknya, perang bedil tersebut dilakukan menggunakan sampan oleh sejumlah warga di Sungai Sekadau.

Perang bedil ini rupanya menarik minat masyarakat untuk menyaksikannya dari bantaran Sungai Sekadau. Sejumlah warga Desa Mungguk dan Tanjung, Kecamatan Sekadau Hilir mengayuh sampannya masing-masing.

Dalam sampan tersebut terdapat dua hingga tiga orang, dimana satu orang yang menyalakan bedil dan satu atau dua orang lainnya mengayuh sampan.

Baca: Kolesterol Naik? Basmi dengan 7 Buah Ini, Dijamin Turun

Bahkan, meriam yang dibuat dari bambu dan juga kaleng itu diarahkan tepat kepada ‘lawan’ dalam perang tersebut. Seperti medan perang diatas air, perang bedil ini menjadi tontonan menarik bagi masyarakat lainnya.

Koordinator Meriam Karbit Kampung Tebal, Desa Sungai Ringin, Abang Akbardin menuturkan, secara bergiliran pihaknya menjadi pengurus kelompok meriam karbit. Hal ini, kata dia, dalam rangka menyambut hari raya idul fitri.

“Sudah dari dulu setiap menyambut ramadan dan idul fitri pasti membuat bedil dan meriam karbit. Sudah membudaya dan ini tetap kami lestarikan,” ujarnya Selasa (19/6/2018).

Ia mengatakan, untuk membuat bedil dan meriam karbit pihaknya bergotong-royong bersama masyarakat setempat. Untuk membuat bedil, menggunakan kaleng cat yang lumayan besar. Sedangan, untuk meriam karbit menggunakan kayu durian.

Untuk itu, ia berharap kegiatan tersebut bisa terus eksis. Mengingat, empat tahun lalu diadakan festival meriam karbit dan perang bedil di Sungai Sekadau. Kegiatan yang dilakukan itu, kata dia, tetap memperhatikan aturan yang ada.

“Karena ini juga menjadi potensi wisata agar khazanah budaya masyarakat melayu bisa terus dilestarikan dengan baik,” katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved