Terkait Anggota Polri Terpapar Ideologi Terorisme, Ini Tanggapan Tokoh Pemuda Sambas
Adanya seorang anggota polisi yang bertugas di satu di antara Polsek di Kota Jambi diamankan oleh Propam.
Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Madrosid
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Adanya seorang anggota polisi yang bertugas di satu di antara Polsek di Kota Jambi diamankan oleh Propam.
Lantaran diduga telah terpapar ideologi terorisme. Mendapat tanggapan dari sejumlah tokoh di Kalbar.
Satu di antara Tokoh Pemuda Sambas, Galih Usmawan memberikan tanggapannya.
Galih menegaskan, terorisme merupakan musuh bersama, musuh semua agama serta musuh semua negara.
Baca: Bupati Apresiasi Irvan Sebagai Putra Kubu Raya Tembus di Paskibra Nasional
Terorisme menurutnya, merupakan kejahatan transnasional.
"Sama halnya dengan narkoba dan kejahatan perdagangan manusia (Human Trafficking). Siapa saja dengan berlatar belakang apapun, bisa terpapar terorisme, baik dimaknai sebagai bagian dari jaringan, maupun sebagai simpatisan," tegasnya, Kamis (31/5/2018).
Selain itu, Galih juga nenilai bahwa terorisme tidak berakar pada paham keagamaan.
"Terorisme itu tidak punya agama," ujarnya.
Kejadian pengeboman dibeberapa tempat yang baru-baru ini terjadi di Indonesia, menurutnya sama sekali tidak terkait dengan arus mainstream keagamaan yang ada di Indonesia.
"Tidak ada satupun paham keagamaan yg mengajarkan kejahatan terhadap kemanusiaan. Untuk itu, semua elemen kebangsaan harus bergandengan tangan, tanpa sikap prejudice, dalam Islam harus mengedepankan sikap tasamuh," tegasnya.
Program kampanye deradikalisasi terhadap napi-napi terduga teroris, menurutnya harus diapresiasi, termasuk memperkuat program pendidikan pluralitas (inklusif) di bangku sekolah, baik yang berbasis keagamaan maupun umum harus terus di dorong.
Baca: Cegah Paparan Ideologi Teroris, Ini Langkah Polres Singkawang
Dengan adanya terindentifikasi satu anggota Polri di Jambi yang diduga terpapar paham terorisme, Galih menilai kurikulum di kepolisian sudah cukup baik, hanya saja perlu penguatan pendidikan pemahaman keagamaan yang benar.
"Saya kira kurikulum pendidikan di kepolisian sudah cukup baik. Pendidikan pemahaman keagamaan yang benar, juga penting diterapkan dalam dunia kepolisian," ungkapnya.
Khusus untuk di jajaran Polda Kalbar, dan terutama di Polres Sambas, Galih mengharapkan ada respon cepat, untuk berkoordinasi dengan forum-forum umat beragama. Sehingga, akan ada satu formula yang dapat dibagikan kepada masyarakat termasuk anggota Polda maupun Polres, untuk menangkal paham terorime.
"Kapolda Kalbar dan Kapolres Sambas, bisa bekerjasama dengan forum-forum umat beragama, untuk membuat semacam manual book untuk menangkal terorisme. Itu langkah antisipatif yang bisa dilakukan. Sekali lagi terorisme tidak mengenal suku, agama dan batas teritorial negara," sambungnya.