Mahasiswa Poltesa Gelar Dialog Interaktif, Ini Yang Dibahas

Wakil Presiden Mahasiswa Poltesa, Alpian mengucapkan terimakasih kepada seluruh undangan dan peserta yang menghadiri dialog tersebut.

Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ TITO RAMADHANI
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Negeri Sambas (Poltesa) menggelar Dialog Interaktif yang dilaksanakan di aula Direktorat Poltesa, pada Rabu (9/5/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Negeri Sambas (Poltesa) menggelar Dialog Interaktif yang dilaksanakan di aula Direktorat Poltesa, pada Rabu (9/5/2018).

Sejumlah pemateri dihadirkan dalam dialog yang mengusung tema "Revitalisasi Semangat Pejuang Pemuda dan Mahasiwa dalam Mengawal 20 Tahun Reformasi di Indonesia" ini.

Baca: Realisasi Investasi Triwulan I 2018 Capai Rp3,16 Triliun

Di antaranya Direktur Politeknik Negeri Sambas, Mahyus, SPd SE MM. Aktivis Reformasi dan Presidium KAHMI Minhani, Aktivis dan Pengamat Sosial Galih Usmawan, Ketua DPD KNPI Sambas Nugra Iriata Denashurya serta Presiden Mahasiswa Poltesa, Pahmi Ardi.

Baca: KNPI Sambas Tantang Bupati Buka ke Publik Terkait Dana APBD 2017 Yang Tak Terealisasi

Dialog yang dimoderatori, Wan Egi Budiman ini, dihadiri sekitar 80 peserta, dari berbagai organisasi, seperti HMI, GMSPP, PMII, KNPI, serta organisasi internal kampus Poltesa dan STAIS.

Wakil Presiden Mahasiswa Poltesa, Alpian mengucapkan terimakasih kepada seluruh undangan dan peserta yang menghadiri dialog tersebut.

"Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh undangan yang hadir pada kegiatan kami ini," ujarnya, Jumat (11/5/2018).

Direktur Politeknik Negeri Sambas, Mahyus menegaskan, mahasiswa jangan hanya asal-asalan untuk turun ke jalan melaksanakan aksi.

Namun menurutnya, terlebih dahulu harus melakukan kajian secara matang, apa yang menjadi permasalahan dan apa tujuan yang ingin dicapai.

Dalam pemaparan materi, Minhani selaku aktivis reformasi mengungkapkan, mahasiswa pada masa itu memang dicari keberadaannya.

Kalau kegiatan seperti dialog tersebut, menurut kisahnya memang sulit untuk dilaksanakan, dan bahkan untuk tidur saja para aktifis sering berpindah-pindah tempat, karena banyak diantara para aktifis yang diculik.

"Pada masa itu memang sulit, kegiatan seperti ini kalau ketahuan bisa-bisa dibubarkan secara paksa, kami tidur saja berpindah-pindah, dan mahasiswa pada masa itu banyak yang diculik, bahkan sampai saat ini kami tidak tahu apa yang terjadi pada mereka," kisahnya.

Selaku aktifis dan Pengamat Sosial, Galih Usmawan menambahkan, dulu tidak hanya reformasi tetapi juga repotnasi, yang mana krisis yang terjadi pada masa itu, walaupun ia bukanlah mahasiswa era 90-an, tetapi ia terus memantau perkembangan informasi melalui televisi dan radio.

"Dan berharap kapan Soeharto turun," ucapnya.

Nugra Irianta Denashurya, Ketua DPD KNPI Kabupaten Sambas dalam dialog tersebut juga menambahkan, mahasiswa harus menanamkan rasa cinta pada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved