Parpol Baru vs Parpol Lama
Terlepas dari keberuntungan nomor urut, terpenting bagaimana cara parpol memenangkan hati rakyat. Tentu ada banyak indikator.
Penulis: Ahmad Suroso | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menggelar pengundian nomor urut partai politik (Parpol) peserta Pemilu 2019 pada Minggu (18/2/2018).
Pengundian nomor urut ini menjadi hal yang lumrah dalam setiap penyelenggaraan kontestasi politik di Tanah Air baik Pilkada maupun Pemilu.
Baca: Beredar Foto-foto Kecelakaan di Depan Goa Maria Toho, Kondisi Korban Mengerikan!
Bagi sebagian parpol, nomor urut adalah sesuatu yang penting. Sebagian berharap mendapat nomor cantik, seperti nomor urut angka kecil 1-5.
Alasannya secara psikologis angka kecil mudah diingat, apalagi mengingat mereka yang memiliki hak pilih di Indonesia masih didominasi usia tua, meskipun generasi milenial mulai pula meningkat jumlahnya dan memiliki hak yang sama untuk memilih.
Baca: MenPAN dan RB Puji Gagasan Inovatif Sutarmidji Sediakan Layanan Kesehatan Terbaik di Indonesia
Ada pula yang menghubungkan nomor urut memiliki korelasi dengan historis partai dan tahun pemilihan.
Seperti Partai Demokrat yang berharap mendapatkan nomor 9 karena hari lahir partai yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono ini kebetulan tanggal 9 September 2001.
Tapi, faktanya yang `beruntung' mendapat nomor urut 9 justru Partai Perindo besutan Hary Tanoesoedibjo.
Terlepas dari keberuntungan nomor urut, terpenting bagaimana cara parpol memenangkan hati rakyat. Tentu ada banyak indikator.
Salah satu yang penting adalah menjaga soliditas intern parpol lalu menggerakkan mesinnya agar bisa muncul sebagai pemenang Pemilu 2019.
Sejak reformasi 1998 dan digelar pemilu demokratis pertama pada 1999, partai politik silih berganti mewarnai pemilu legislatif negeri ini. PDIP, Golkar berada di garis depan sebagai partai yang secara tradisi memiliki basis pendukung kuat dan mesin partai yang berjalan baik.
Partai-partai yang lebih muda seperti Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Gerindra dan Nasdem adalah kelompok partai yang berada di barisan kedua setelah Golkar dan PDIP yang mampu meraih simpatik hingga bertahan hingga kini.
Sebenarnya ada satu partai tradisional yang cukup tua dari sisi usia namun, tidak bisa dikelompokkan sebagai partai yang solid karena sering dihantam friksi internal partai dan berpengaruh pada penurunan konstituennya yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Merunut sejak penyelenggaraan pemilu 1999, tiap kali digelar ada pertarungan sengit antara Parpol lama dengan parpol baru untuk meraih simpatik pemilih. Data menunjukkan, parpol lama seperti Golkar dan PDIP berada di kelompok terdepan mendulang suara atau dukungan.