Penyakit Difteri Dapat Dicegah Lewat Imunisasi Lengkap

Makanya anak yang tidak mendapatkan imunisasi tidak terjadi yang namanya kekebalan kelompok dalam tubuh atau herd immunity.

Penulis: Madrosid | Editor: Mirna Tribun
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/MADROSID
Kadis Kesehatan Kubu Raya, Berli Hamdani. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Madrosid

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBU RAYA - Kepala Dinas Kesehatan Kubu Raya, Berli Hamdani mengatakan kasus defteri terjadi karena karena masih banyak anak-anak di bawah usia 2 tahun bahkan 5 tahun yang tidak melaksanakan imunisasi sehingga menyebabkan KLB difteri di Kubu Raya.

"Difteri hanya bisa dicegah dengan imunisasi dan hanya bisa diobati dengan vaksin serum difteri. Makanya anak yang tidak mendapatkan imunisasi tidak terjadi yang namanya kekebalan kelompok dalam tubuh atau herd immunity. Kekebalan kelompok ini hanya bisa dicapai dengan cakupan immunisasi minimal 90% kelompok sasaran," ujarnya, Rabu (13/12/2017).

Dalam kasus defteri di Kubu Raya, pemerintah melalui Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai upaya.

(Baca: Ini Gejala Penyakit Difteri Yang Harus Diketahui Masyarakat ) 

Sebab tahun 2017 terdapat 4 kasus defteri 1 meningga dunia lantaran tak melaksanakan imunisasi sama sekali.

"Langkah yang kita ambil adalah mitigasi bencana atau pengendalian KLB. Karena 1 kasus difteri itu adalah KLB. Salah satunya dengan Outbreak Response Immunization (ORI ), bagi anak usia 0-19 tahun untuk di derah KLB," kata Berli.

(Baca: Wajib Tahu, Ini Cara Pencegahan Infeksi Difteri! ) 

Namun ia terangkan kalau keterkaitan dengan kampanye hitam masih perlu data dan informasi lain yang menguatkan atau melemahkan teori.

Utamanya kepada masyarakat Kubu Raya untuk kembali ke Posyandu guna mendapatka Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) bagi anak-anaknya, yaitu Hb0, BCG, DPT, Polio, dan Campak.

Selambat-lambatnya sampai anak usia 1 tahun, dan untuk difteri diberikan booster usia 18 bulan.

"Kita harapkan semua masyarakat bisa memperhatikannya dan menerima imbauan kami. Karena beberapa waktu lalu dan juga beberapa tahun lalu, pemerintah melalui Dinkes dan Puskesmas sudah melakukan sweeping dan crash program campak, sampai melakukan DOFU Drop Out Follow Up untuk yang belum lengkap immunisasi," jelasnya.

Namun hasilnya kurang memuaskan sesuai arahan karena repaon masyarakat masih kurang.

Masih banyak masyarakat enggan melaksanakan imuisasi pada anaknya. Dengan berbagai alasan mereka, diantatanya kampanye hitam tentang Imunisasi.

"Nah, kalau ini saya bisa sebutkan, diantaranya "dalil" haram, vaksin alami yang katanya dari herbal, vaksin palsu, dan lain-lain menjadi alasan masyarakat. Padahal imunisasi lengkap untuk mencegah supaya tidak terkena difteri," paparnya.

Berli mengungkapkan satu-satunya cara supaya terhindar dari penyakit menular, termasuk defteri, harus imunisasi lengkap 5 dasar.

"Karena mencegah kebih baik dari mengobati dan gratis lagi kalau sudah sakit, berobat harus bayar," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved