Ketua WBDC Ajak Warga Belajar Bahasa Isyarat

Orang mendengar sering tidak memahami bahasa isyarat sehingga kalau pergi ke apotek maupun ke tempat umum lainnya

Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / Claudia Liberani
Ketua West Borneo Deaf Comunity (WBDC), Ade Muhammad Fahrizan (15). 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Claudia Liberani

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ketua West Borneo Deaf Comunity (WBDC), Ade Muhammad Fahrizan (15) berharap pemerintah mau bekerjasama dengan mereka untuk mengajak masyarakat belajar bahasa isyarat

"Kita ingin masyarakat belajar bahasa isyarat, sehingga tidak hanya sesama orang tuli yang bisa berkomunikasi tapi juga orang tuli dan orang mendengar, sehingga kita bisa bertukar informasi," katanya, Sabtu (11/11/2017).

Dia minta pemerintah menyediakan penterjemah bahasa isyarat di stasiun tv lokal, dan di beberapa tempat umum seperti apotek maupun mini market.

"Orang mendengar sering tidak memahami bahasa isyarat sehingga kalau pergi ke apotek maupun ke tempat umum lainnya, kami harus membawa gambar di hp dan menunjukkannya. Kalau tidak begitu orang mendengar tidak paham," ujar siswa kelas 3 SMP di SLB-B Dharma Asih ini.

Ade, sapaan akrabnya merupakan satu dari anak tuli yang berprestasi.

Dia menjadi perwakilan Indonesia untuk menghadiri Deaf Camp International di Australia pada bulan April yang lalu.

Selain itu dia juga aktif di komunitas fotografer orang tuli di Pontianak.

Karya-karyanya pernah dilombakan hingga ke tingkat internasional.

Ada banyak harapan yang ingin disampaikan Ade, namun dia mengatakan untuk saat ini harapan terbesarnya adalah masyarakat mau dulu mengetahui dan mempelajari bahasa isyarat.

Mengungkapkan hal yang sama, Ahdha Sartika, Pengajar di SLB-B Dharma Asih berharap masyarakat mulai menerima bahasa isyarat sebagai bahasa umum yang digunakan sehari-hari.

(Baca: Banjir Setinggi Lutut Orang Dewasa Rendam Pemukiman Warga di Desa Kuala )

"Mempelajarinya tidak susah, apalagi jika kita sering berinteraksi dengan orang tuli. Itu tidak serumit yang dibayangkan," imbuhnya.

Sebagai pengajar yang sering berinteraksi dengan anak-anak tuli dia mengetahui jika anak-anak tuli memiliki banyak kemampuan seperti anak-anak mendengar.

Tapi karena keterbatasan pengetahuan mengenai bahasa isyarat, mereka jadi sulit berkembang.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved