Harga Karet Anjlok, Jengkol Justru Bawa Berkah di Dusun Ini

Sekarang warga sudah mulai lesu untuk menoreh karet, karena harganya masih rendah. Sekarang mulai melirik tanam jengkol

Penulis: Zulkifli | Editor: Rizky Zulham

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Zulkifli

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MELAWI - Komoditi jengkol seakan menjadi berkah bagi warga Dusun Senain, Desa Nanga Kompi Kecamatan Sayan.

Pasalnya ditengah anjloknya harga karet, masyarakat disana mulai melirik menanam pohon jengkol lantaran harganya dipasaran cukup bernilai ekonomis.

Menurut seorang warga Dusun Senain, Manjaya mengungkapkan jika dibandingkan dengan harga karet yang berkisar Rp 5 ribu, harga jengkol perkilo dipasaran saat ini bisa tembus Rp 11 Ribu.

"Sekarang warga sudah mulai lesu untuk menoreh karet, karena harganya masih rendah. Sekarang mulai melirik tanam jengkol,"Katanya kepada wartawan Kamis (3/11/2016) .

Bahkan saat ini lanjutnya, sebagian warga sudah mulai panen jengkol. Sehingga hasilnyapun cukup membantu perekonomian masyarakat yang tengah lesu.

"Hasilnya cukup melimpah," ujarnya.

Dikatakanya setiap satu pohon mampu menghasilkan sekitar 50 sampai 80 Kg. Ia sendiri mengaku sudah menanam sekitar 5 pohon jengkol yang ditanam di sekitar kebun karet. Diapun berencana untuk menanam kembali.

"Merawat tanaman jengkol juga tidak terlalu susah," ujarnya.

Dia merincikan untuk jengkol yang nelum dikupas harganya bisa mencapai Rp 7ribu per Kg. Namun jika sudah dikupas bisa mencapai Rp 11 ribu per Kg.

Dikatakanya jengkol saat ini memiliki pangsa pasar tersendiri sehingga warga tidak sulit untuk menjualnya. Biasanya para penampung jengkol langsung beli ke kampung .

"Bahkan masyarakat dari Kalteng terutama daerah Seruyan Hulu, juga mulai ramai menjual hasil jengkolnya ke Pasar Nanga Pinoh,” ungkapnya.

Menurutnya Manjaya pemahaman petani terhadap jengkol kini sudah mulai berubah. Sebelumnya mungkin dianggap tidak lebih berharga dari karet, tapi sekarang mulai bernilai ekonomis

Masyarakat disana, sejak beberapa waktu terakhir, harus menghadapi anjloknya harga karet. Apalagi ditengah musim penghujan saat ini. Jika terpaku kepada karet jelas tidak sebanding dengan harga sembako saat ini.

"Misalnya untuk beli beras ataupun gula perkilogram saja tidak cukup," kata Manjaya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved