Breaking News

Wanita Pemilik Restoran Seks di Beijing Angkat Ayahnya Jadi Koki Kepala

Calon tamu semakin membludak dan harus antre. Sebelumnya, tuduhan polisi tak terbukti, dan restoran dibuka kembali.

Editor: Marlen Sitinjak
TRIBUN FILE/IST
Restoran seks di Beijing 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, BEIJING - Mengikuti tren gaya hidup selalu menjadi kiat untuk sukses berbisnis, termasuk di Tiongkok.

Seorang pemilik restoran yang jeli, membuka restoran bertema seks pertama di Ibu Kota Beijing, yang diklaim sebagai simbol perubahan jaman. (Baca: Tukang Kupas Udang di Restoran Ini Harus Berbikini)

Namun, jangan berpikiran lebih jauh dulu. Sebab, yang ditawarkan di restoran itu bukan kegiatan "esek-esek", melainkan makanan laut alias seafood yang lezat.

Yang menjadi daya tarik restoran yang memasang merk Shell itu adalah hiasan dan perabot makan yang semuanya bertema seksual atau organ intim pria dan perempuan.

Juga para tamu dan pelayan, diberi pinjam busana seronok untuk dipakai saat makan dan bekerja. (Baca: Wow, Pelanggan di Restoran ini Boleh Makan Sambil Telanjang)

Pemilik restoran yang hanya menyebut namanya sebagai Lu Lu mengatakan: "Semua ini merupakan tuntutan perubahan jaman yang tidak bisa dilawan. Kita tidak bisa menghentikan perkembangan tren dalam masyarakat, tidak peduli suka atau tidak suka," ujar perempuan pemilik restoran berusia 27 tahun ini.

Uniknya pula, koki kepala di restoran itu adalah ayah Lu Lu yang terkenal sebagai juru masak sesafood piawai di Beijing. April silam, polisi menutup sementara restoran ini, dengan tuduhan membuka usaha percabulan. Namun, efeknya justru ibarat iklan gratis.

Calon tamu semakin membludak dan harus antre. Sebelumnya, tuduhan polisi tak terbukti, dan restoran dibuka kembali. Para tamu, kebanyakan eksekutif muda di Bejing yang ingin makan enak lobster mahal atau seafood lainnya, dengan atmosfir berbeda.

Sun seorang tamu berusia 28, yang tergolong eksekutif muda mengatakan, orangtua mereka yang konservatif, tidak akan mengerti dan menerima konsep restoran seks macam ini. Bagi kelompok yuppies Tiongkok, inilah sensasi yang dicari untuk menunjukan status simbol mereka.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved