Sekolah Hijau Sambas Raih Penghargaan MDG's Award
Sekolah Hijau juga dikembangkan untuk membangun karakter intrisik seperti saling menghargai, toleransi, dan kreativitas.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Pendidikan kontekstual yang diselenggarakan oleh Wahana Visi Indonesia bersama Pemerintah Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, meraih "Millennium Development Goals (MDG's) Award 2013".
"Pendidikan kontekstual dengan pendekatan menjawab kebutuhan masyarakat sesuai tantangan masing-masing telah diterapkan Wahana Visi Indonesia bersama mitra, di antaranya Dinas Pendidikan, yayasan pembina sekolah dan guru di belasan kabupaten," kata Kepala Tim Pendidikan World Vision Indonesia, David Ola Kia, dalam siaran persnya, Minggu (16/3/2014).
Wahana Visi Indonesia merupakan mitra khusus World Vision. WVI adalah organisasi kemanusiaan Kristen yang memfokuskan pelayanannya bagi peningkatan kesejahteraan anak-anak.
Dia mengatakan pendidikan kontekstual di Sambas telah meraih MDG's Award 2013. Sambas menjadi sasaran kegiatan sekolah hijau, untuk SD di Wilayah Kecamatan Sajingan Besar, di antaranya di SD Negeri 01 Aruk, SD Negeri 03 Sajingan, dan SD Negeri 07 Sasak.
Penghargaan itu disampaikan dalam malam apresiasi yang digelar oleh Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk MDG's di Djakarta Theatre, Jakarta, Sabtu (15/3/2014).
Menurut dia, pendidikan kontekstual kian berkembang, mengingat perlunya penyesuaian muatan kurikulum nasional dengan kondisi berbagai area berbeda di seluruh Indonesia.
Isu kerusakan lingkungan di Sambas mendorong Wahana Visi bersama bersama pemerintah kabupaten membina generasi penerus yang memiliki kedekatan dan kesadaran lingkungan melalui "Sekolah Hijau".
Pendekatan tersebut disepakati oleh para tenaga pengajar dan kepala daerah setempat dengan harapan dapat menegakkan kembali karakter yang positif melalui proses pembelajaran di sekolah.
Misalnya, membangun budaya menjaga kebersihan dan memelihara lingkungan.
Sekolah Hijau juga dikembangkan untuk membangun karakter intrisik seperti saling menghargai, toleransi, semangat kebersamaan, dan kreativitas.
"Dalam waktu kurang lebih dua tahun, pendekatan pembelajaran ini terbukti menghasilkan perubahan positif yang signifikan," katanya.
Angka kehadiran siswa dan pencapaian akademis menunjukkan peningkatan, kreativitas, interaktivitas dan keterampilan guru dalam proses pembelajaran berkembang dengan luar biasa.
Begitu juga dengan partisipasi dan keterlibatan orangtua dalam mendukung kegiatan sekolah dan kegiatan belajar siswa di rumah, kata David Ola Kia.
Menurut WVI, dalam momentum yang sama, pendidikan kontekstual di Sikka, NTT, turut menjadi juara dua MDG's Award. Perbedaannya, di Sikka pendekatan ini dikenal dengan Pendidikan "Kulababong" atau semangat musyawarah untuk mufakat yang mendekatkan proses pembelajaran berbasis kearifan dan nilai-nilai budaya lokal untuk menjawab tantangan merosotnya karakter positif dan lunturnya budaya dan jatidiri penduduk asli Sikka.
Tepat setahun lalu, Pendidikan Harmoni Poso yang berupaya membangun harmonisasi diri, sesama, dan alam, meraih juara dua MDG's Award kategori pendidikan.