Warung Kopi Siaku Ambruk
VIDEO: Warkop Legend di Pontianak Ambruk, Heni Sebut Suara Seperti Gempa
Waktu bunyi keras itu datang Heni sedang bekerja, seperti biasa menjaga meja dan menyajikan kopi untuk para pelanggan yang singgah.
Penulis: Ayu Nadila | Editor: Marlen Sitinjak
Ringkasan Berita:
- Langit-langit lantai tiga tampak miring. Kayu penyangga yang dulu menopang atap kini rapuh, sedangkan sebagian pondasi di bawahnya hilang entah karena apa.
- Akibatnya atap dan lantai atas ambruk, menimpa ruko-ruko di sebelah seperti Warung Kopi Suka Hati dan Toko Kopi Obor.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Di bawah puing-puing genteng dan kayu yang retak, Heni (29) duduk di depan warung yang sehari-harinya menjadi tempat tumpahnya cerita-cerita kecil di Jalan Tanjungpura.
Warung Kopi atau Warkop Siaku Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), yang sudah berdiri puluhan tahun itu runtuh pada, Jumat 7 November 2025 pagi WIB, meninggalkan ruang kosong di bawah lantai yang dulu penuh canda dan gelak tawa pelanggan.
Waktu bunyi keras itu datang Heni sedang bekerja, seperti biasa menjaga meja dan menyajikan kopi untuk para pelanggan yang singgah.
“Waktu itu masih ada orang minum kopi, biasa numpang kencing di belakang. Begitu bunyi keras, semua langsung lari ke depan. Suaranya kayak gempa, sampai orang di depan pun dengar,” kata Heni dengan suara bergetar.
Langit-langit lantai tiga tampak miring. Kayu penyangga yang dulu menopang atap kini rapuh, sedangkan sebagian pondasi di bawahnya hilang entah karena apa.
Akibatnya atap dan lantai atas ambruk, menimpa ruko-ruko di sebelah seperti Warung Kopi Suka Hati dan Toko Kopi Obor.
Meski tidak ada korban jiwa, enam atau tujuh sepeda motor dan beberapa dagangan termasuk puluhan ekor ayam tertimbun reruntuhan.
Heni menceritakan detik-detik itu sambil menahan air mata.
“Dulu bangunan ini masih utuh, sama kayak toko saya. Tapi pondasi di bawahnya udah nggak ada, entah diambil orang atau gimana, saya nggak tahu. Jadinya pas atasnya berdiri, bawahnya kosong, ya nggak mungkin tegap,” ujarnya.
• Produksi Kopi Aming Tembus 500 Kg per Hari, Penuhi Kebutuhan di 44 Outlet, Hingga Permintaan Retail
Ia masih teringat ketika bunyi pertama terdengar sekitar jam delapan, bunyi kedua mengikuti, dan pada bunyi ketiga sekitar jam sembilan semuanya rubuh.
Bangunan itu sudah lama tak dihuni; pemiliknya disebut telah meninggal dan keluarga tinggal di Jakarta.
Sejak itu warung dan ruko jadi saksi bisu kehidupan kecil di blok Ciliwung—penjual kopi, tukang pangkas, orang-orang yang sekadar singgah beli rokok atau berbagi kabar.
Kini barang-barang dagangan dan pendapatan sehari-hari tertimbun beton.
Meski takut, Heni memilih bertahan di lokasi. Pintu warung rusak dan banyak barang dagangan yang belum sempat diselamatkan.
“Saya rencananya nginap sementara di sini dulu. Takut kalau ditinggal, soalnya pintu udah rusak dan barang-barang jualan masih banyak,” katanya.
Harapan Pekerja Warkop Siaku Pontianak
Malam-malamnya kini dihabiskan tidur di depan warung bersama teman penjaga, enggan kembali ke belakang yang dianggap lebih berbahaya.
Di tengah kecemasan, Heni menyimpan harapan sederhana: bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki kerusakan yang cukup parah dari lantai tiga sampai dua.
“Kalau memang ada bantuan dari pemerintah, dari Pak Wali Kota, saya bersyukur sekali. Soalnya kalau mau bangun lagi, bukan sedikit uangnya,” ucapnya lirih, mata berkaca-kaca.
Warga sekitar juga was-was; mereka khawatir tersisa bagian bangunan yang miring bisa ambruk lagi saat hujan dan angin kencang datang.
Sementara itu, motor dan dagangan yang terjebak menunggu proses evakuasi agar pemiliknya bisa melanjutkan hidup dan mencari penghasilan kembali.
Di tengah reruntuhan, Warung Kopi Siaku masih membawa aroma kopi yang menempel pada meja dan kursi yang kini berserakan.
Bagi Heni dan banyak orang di Tanjungpura, warung itu lebih dari tempat minum kopi—ia adalah ruang pertemuan, tempat berbagi kabar, dan sumber nafkah.
Kehilangan itu terasa personal; bukan sekadar bangunan yang roboh, melainkan hilangnya nadi kecil yang menggerakkan kehidupan di sekitarnya.
Heni menutup percakapan dengan doa dan sabar.
“Ada rasa takut, tapi tidur di depan aja sama kawan penjaga warung. Takut kalau di belakang. Tapi mau gimana lagi,” katanya. (*)
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.