Berita Viral
Kehamilan Langka di India Janin Berkembang di Hati, Bukan di Rahim
Kisah wanita India dengan kehamilan langka janin di hati, bukan rahim. Simak penjelasan medis, tantangan hidupnya, dan pelajaran penting.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kasus kehamilan langka di India kembali mencuri perhatian dunia medis.
Seorang perempuan berusia 35 tahun dari Uttar Pradesh, India, bernama Sarvesh, mengalami kehamilan yang tidak biasa.
Bukannya berkembang di dalam rahim, janin justru tumbuh di hati sebuah fenomena medis yang sangat jarang terjadi.
Dalam dunia kedokteran, kondisi ini disebut sebagai kehamilan ektopik intrahepatik.
“Saya muntah tanpa henti, selalu merasa lelah, dan nyeri di perut,” ujar Sarvesh saat diwawancarai BBC.
Awalnya ia tidak menyangka bahwa rasa sakit itu berasal dari sebuah kehamilan, apalagi kehamilan yang terjadi di tempat paling tidak terduga dalam tubuh manusia: organ hati.
Cerita Sarvesh bukan hanya membuat banyak orang terkejut, tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang kesehatan reproduksi perempuan.
Kehamilan ektopik sendiri sebenarnya terjadi pada sekitar 1 dari 80 kehamilan, namun bila janin menempel di hati, kasusnya bisa dikatakan hampir mustahil.
Menurut catatan medis, hanya ada sekitar 45 kasus kehamilan intrahepatik yang pernah dilaporkan di dunia.
[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]
Kisah Nyata Kehamilan Langka
Kasus kehamilan langka di India kembali mencuri perhatian dunia medis.
Seorang perempuan berusia 35 tahun dari Uttar Pradesh, India, bernama Sarvesh, mengalami kehamilan yang tidak biasa.
Bukannya berkembang di dalam rahim, janin justru tumbuh di hati, sebuah fenomena medis yang sangat jarang terjadi.
Dalam dunia kedokteran, kondisi ini disebut sebagai kehamilan ektopik intrahepatik.
“Saya muntah tanpa henti, selalu merasa lelah, dan nyeri di perut,” ujar Sarvesh saat diwawancarai BBC.
Awalnya ia tidak menyangka bahwa rasa sakit itu berasal dari sebuah kehamilan, apalagi kehamilan yang terjadi di tempat paling tidak terduga dalam tubuh manusia: organ hati.
Cerita Sarvesh bukan hanya membuat banyak orang terkejut, tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang kesehatan reproduksi perempuan.
Kehamilan ektopik sendiri sebenarnya terjadi pada sekitar 1 dari 80 kehamilan, namun bila janin menempel di hati, kasusnya bisa dikatakan hampir mustahil.
Menurut catatan medis, hanya ada sekitar 45 kasus kehamilan intrahepatik yang pernah dilaporkan di dunia.
Perjalanan Sarvesh: Dari Salah Diagnosis Hingga Operasi
Pada awalnya, Sarvesh menduga sakit yang ia alami hanyalah gangguan lambung biasa.
Ia sempat diberi antibiotik karena diduga infeksi pencernaan.
Namun, setelah sebulan penuh tanpa perkembangan, ia kembali memeriksakan diri.
Saat dilakukan pemindaian ultrasonografi, dokter pun dibuat tercengang. Dr. KK Gupta, seorang ahli radiologi berpengalaman lebih dari 20 tahun di Meerut, India, menjadi saksi pertama dari temuan langka tersebut.
“Ia mengalami kehamilan 12 minggu di sisi kanan hati. Ini sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya, bahkan lewat MRI,” kata Dr. Gupta.
Bagi Sarvesh, menerima kenyataan ini tidak mudah.
“Sulit memahami apa yang sebenarnya terjadi pada saya, apalagi siklus menstruasi saya tetap normal,” ungkapnya. Hal inilah yang membuat diagnosis kehamilan ektopik semakin rumit.
Tekanan Fisik, Mental, dan Ekonomi
Selain rasa sakit yang terus-menerus, Sarvesh dan keluarganya juga menghadapi beban keuangan.
Sang suami, Paramveer, mengaku tidak mampu membawa istrinya ke Delhi untuk menjalani operasi besar di rumah sakit terkemuka.
“Kami miskin, tidak mungkin pergi ke Delhi dan membayar semua ini,” kata Paramveer dengan jujur.
Akhirnya, setelah tiga bulan berjuang melawan rasa sakit, sebuah rumah sakit swasta di Meerut bersedia melakukan operasi selama 90 menit.
Prosedur itu menyelamatkan nyawa Sarvesh, meski meninggalkan 21 jahitan besar di sisi kanan perutnya.
Kini ia masih dalam masa pemulihan, bergantung pada bantuan suaminya untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Mengapa Kehamilan Ektopik Intrahepatik Bisa Terjadi?
Secara normal, kehamilan dimulai ketika sel telur dibuahi oleh sperma dan kemudian bergerak ke rahim untuk berkembang.
Namun dalam kasus ektopik, sel telur menempel di luar rahim, biasanya di tuba falopi.
Menurut Dr. Mamta Singh, profesor di Departemen Obstetri dan Ginekologi, Institut Ilmu Kedokteran BHU, kasus seperti Sarvesh terjadi karena embrio justru menempel pada organ lain.
“Dalam kasus ini, suplai darah hati berfungsi dengan baik, sehingga memungkinkan janin berkembang sementara, tapi tidak bisa bertahan hidup jangka panjang,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dr. Monika Anant dari AIIMS Patna menambahkan:
“Diperkirakan hanya satu dari tujuh hingga delapan juta kehamilan yang bisa menjadi kasus kehamilan intrahepatik.”
Di India sendiri, sebelum kasus Sarvesh, baru tercatat tiga kasus serupa, salah satunya dilaporkan di Lady Hardinge Medical College, Delhi pada 2012.
Risiko dan Bahaya Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kondisi berbahaya bagi ibu karena berisiko menyebabkan pendarahan hebat dan bahkan kematian jika tidak segera ditangani.
Dalam kasus intrahepatik, risiko meningkat berkali lipat karena hati adalah organ vital dengan banyak pembuluh darah besar.
Bahaya kehamilan ektopik:
- Pendarahan internal masif akibat pecahnya organ.
- Gagal organ bila janin terus berkembang.
- Kesulitan diagnosis, karena gejalanya bisa mirip gangguan pencernaan atau masalah kesehatan lain.
- Keterlambatan penanganan, sering kali pasien baru menyadari ketika kondisinya sudah parah.
Mengenali Gejala Kehamilan Ektopik
Banyak perempuan mungkin tidak menyadari sedang mengalami kehamilan ektopik.
Edukasi menjadi sangat penting agar kondisi ini dapat terdeteksi lebih awal.
Gejala umum kehamilan ektopik:
- Nyeri perut parah yang menetap dan semakin memburuk.
- Pendarahan tidak normal di luar siklus menstruasi.
- Mual dan muntah berlebihan tanpa penyebab jelas.
- Pusing atau lemah akibat kehilangan darah.
- Nyeri bahu (gejala khas pendarahan internal).
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, perempuan disarankan segera melakukan pemeriksaan medis lebih lanjut, terutama ultrasonografi, agar mendapatkan diagnosis yang tepat.
Pelajaran dari Kasus Sarvesh
Kisah Sarvesh mengingatkan kita bahwa tubuh manusia bisa menyimpan misteri luar biasa, sekaligus menunjukkan betapa pentingnya akses kesehatan yang merata.
Bagi keluarga kurang mampu, biaya medis bisa menjadi hambatan besar yang mengancam nyawa.
Bagi dunia medis, kasus ini menambah pengetahuan sekaligus tantangan untuk memahami mekanisme kehamilan yang tak biasa.
Bagi masyarakat, ini menjadi pengingat pentingnya mengenali gejala awal kehamilan ektopik agar nyawa ibu bisa diselamatkan lebih cepat.
Kehamilan langka di India yang dialami Sarvesh bukan sekadar fenomena medis, tetapi juga kisah kemanusiaan tentang perjuangan, kesabaran, dan harapan.
Meski janin tidak bisa diselamatkan, keberhasilan tim dokter menyelamatkan Sarvesh adalah sebuah kemenangan.
Cerita ini menjadi peringatan bagi semua perempuan: jangan pernah menyepelekan keluhan kesehatan yang berkepanjangan.
Periksa dan pastikan, karena bisa jadi tubuh sedang memberi sinyal atas kondisi serius yang mengancam jiwa.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Langka Wanita India Hamil di Hati, Bukan di Rahim
* Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
* Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
kehamilan langka
Kehamilan ektopik
janin di hati
kasus medis unik
kehamilan intrahepatik
kisah wanita India
kesehatan reproduksi
edukasi medis
Bendera One Piece di Demo Nepal 2025, Dari Fiksi ke Realitas Politik |
![]() |
---|
TERISAK Eza Gionino Ceritakan Sudah Lama Tak Bertemu 3 Buah Hatinya Sebelum Digugat Cerai Meiza AC |
![]() |
---|
Anak Menkeu Purbaya, Yudo Sadewa Akhirnya Muncul dan Klarifikasi Isu Sindir Sri Mulyani |
![]() |
---|
Isu Raffi Ahmad Jadi Menpora Gantikan Dito Ariotedjo, Ini Respons Golkar dan Deretan Nama Kandidat |
![]() |
---|
Rumah Nyaris Roboh 10 Tahun, Nenek Sanarti Akhirnya Dapat Bantuan Bedah Rumah 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.