SPPG Rantau Panjang Produksi 2665 Porsi Makanan Bergizi Setiap Hari untuk 24 Sekolah di Kayong Utara

CCTV ini untuk memantau alur kerja dan memastikan standar higienitas tetap terjaga, sekaligus untuk keamanan lingkungan dapur

|
Penulis: Faisal Ilham Muzaqi | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ FAISAL ILHAM MUZAQI
DAPUR SPPG - Suasana Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Rantau Panjang–Kyra Catering di bawah naungan Yayasan Mulia Kayong Abadi  di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, Minggu 5 Oktober 2025. Dapur ini memang kami rancang agar alur kerja jelas dan higienis, termasuk pemisahan antara jalur distribusi makanan dengan jalur pembuangan sampah. 
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KAYONG UTARA - Sejak dini hari, kepulan asap dan aroma tumisan bumbu menyeruak dari sebuah bangunan dua lantai di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. 
Bangunan ini menjadi jantung aktivitas dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), tempat ratusan kilogram bahan makanan diolah menjadi ribuan porsi santapan bergizi bagi pelajar di Kayong Utara.
SPPG Rantau Panjang–Kyra Catering di bawah naungan Yayasan Mulia Kayong Abadi menjadi satu dianta penyediaan makanan bergizi yang ada di Kayong Utara. Setiap harinya, tercatat 2.665 porsi makanan diproduksi dan didistribusikan ke 24 sekolah, mulai dari tingkat TK hingga SMA.
Bangunan dapur menempati gedung sewa dua lantai seluas 395 meter persegi. Lantai dasar digunakan untuk aktivitas produksi, terdiri atas ruang pemorsian, persiapan, distribusi, dapur utama, area cuci, gudang kering dan basah, loker karyawan, hingga WC khusus pekerja.
Sementara lantai dua difungsikan untuk ruang rapat, ruang istirahat, ruang ahli gizi, akuntan, kantor, serta toilet.
Dengan pembagian ruang tersebut, alur kerja dapur dan administrasi dapat berjalan teratur.
Kepala SPPG Rantau Panjang, Ahmad Muhdor, menjelaskan sejumlah ruang penting telah dilengkapi pendingin udara (AC) untuk menjaga kenyamanan kerja sekaligus kualitas bahan makanan. 
Beberapa ruang yang sudah menggunakan AC antara lain kantor, ruang akuntan, ruang ahli gizi, dapur utama, ruang pemorsian, dan gudang basah.
"Kami memang menyiapkan AC di beberapa ruangan krusial agar proses kerja lebih nyaman dan kualitas bahan makanan tetap terjaga," ujar Ahmad saat diwawancarai Tribun Pontianak di dapur SPPG Rantau Panjang, Minggu 5 Oktober 2025. 
Selain itu, sistem pengawasan dapur diperkuat dengan delapan unit kamera CCTV. Satu unit ditempatkan di ruang rapat lantai dua, sementara tujuh lainnya dipasang di lantai dasar, meliputi halaman depan, samping, belakang, gudang basah, dapur, ruang cuci, dan ruang persiapan.

Dinkes Dorong SPPG Segera Miliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi

"CCTV ini untuk memantau alur kerja dan memastikan standar higienitas tetap terjaga, sekaligus untuk keamanan lingkungan dapur," tambah Ahmad.
Rancangan bangunan dapur dibuat dengan memperhatikan standar higienitas dan keamanan pangan. Ahmad menegaskan Jalur distribusi makanan dipisahkan dengan jalur pembuangan sampah. 
Bahkan, sampah dapur tidak pernah ditimbun lebih dari dua hari. Sampah langsung dibuang ke tempat penampungan sampah terdekat pada malam hari, agar tidak mengganggu aktivitas warga sekitar.
"Paling lama dua hari sampah sudah dibuang ke penampungan, biasanya malam hari supaya tidak mengganggu warga. Dapur ini memang kami rancang agar alur kerja jelas dan higienis, termasuk pemisahan antara jalur distribusi makanan dengan jalur pembuangan sampah," pungkas Ahmad.
Ajukan SLHS dan Sertifikat Halal

Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Rantau Panjang yang berada di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, terus berproses memenuhi berbagai ketentuan legalitas operasional.

Kepala SPPG Rantau Panjang, Ahmad Muhdor, menjelaskan baru-baru ini pihaknya telah diaudit langsung oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama Dinas Kesehatan. Audit itu dilakukan untuk menilai kelayakan operasional dapur.

"Sejauh ini SPPG Rantau Panjang sudah memiliki sejumlah dokumen penting, mulai dari Nomor Induk Berusaha (NIB), izin usaha, hingga persetujuan bangunan. Penyesuaian standar sesuai instruksi Badan Gizi Nasional (BGN) juga sudah dijalankan," ungkap Ahmad, Minggu 5 Oktober 2025. 

Tahap berikutnya, kata Ahmad, adalah melengkapi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS). Dokumen ini merupakan instruksi langsung dari Wakil Kepala BGN agar segera dipenuhi dalam satu bulan ke depan.

BERI KETERANGAN -  Kepala SPPG Rantau Panjang, Ahmad Muhdor, saat di wawancara Tribun Pontianak di dapur SPPG Rantau panjang, Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, Minggu 5 Oktober 2025. Ia menjelaskan baru-baru ini pihaknya telah diaudit langsung oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama Dinas Kesehatan. Audit itu dilakukan untuk menilai kelayakan operasional dapur.
BERI KETERANGAN -  Kepala SPPG Rantau Panjang, Ahmad Muhdor, saat di wawancara Tribun Pontianak di dapur SPPG Rantau panjang, Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, Minggu 5 Oktober 2025. Ia menjelaskan baru-baru ini pihaknya telah diaudit langsung oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama Dinas Kesehatan. Audit itu dilakukan untuk menilai kelayakan operasional dapur. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ FAISAL ILHAM MUZAQI)

Selain SLHS, SPPG Rantau Panjang juga sedang memproses sertifikat penjamah makanan dan Sertifikat Halal.

Keduanya masih menunggu pemenuhan sejumlah ketentuan sesuai standar BGN.

"Kami sudah berproses dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk mengurus sertifikat SLHS. Sebagian besar dokumen sudah ada, persyaratan hampir lengkap. Yang masih kurang itu sertifikat penjamah makanan. Insya Allah dalam waktu dekat kami ajukan pelatihan bagi relawan dapur agar mendapat sertifikat resmi. Selain itu, sertifikasi halal juga sedang kami proses," jelasnya. 

Ahmad menambahkan, kendala utama yang dihadapi saat ini adalah keterbatasan tenaga penjamah makanan bersertifikat (chef) di wilayah Kalimantan.

"Ini memang kendala kami, karena di Kalimantan cukup sulit mendatangkan chef bersertifikat. Relawan dapur sudah terbiasa mengelola masakan skala besar seperti hajatan atau pernikahan, tapi secara legalitas mereka belum punya sertifikat. Kami sudah berkoordinasi dengan mitra yayasan, apakah nanti mendatangkan chef baru atau memberikan pelatihan khusus bagi relawan. Itu yang sedang kami upayakan," tegasnya.

Menurutnya, pemenuhan standar ini merupakan bagian dari instruksi BGN dan kementerian terkait agar program gizi untuk pelajar berjalan sesuai amanah Presiden.

 
Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved