TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kasus foto siswi SMA diedit pakai AI lalu dijual di Telegram menjadi perbincangan hangat di masyarakat.
Foto hasil rekayasa itu dijual seharga Rp50 ribu untuk 20 gambar.
Meski terlihat seperti kasus digital semata, dampaknya sangat nyata: para korban mengalami trauma psikologis mendalam.
Para siswi yang menjadi korban kini harus menghadapi luka batin, stigma sosial, hingga ketakutan akan jejak digital yang tidak pernah benar-benar hilang.
Bagi mereka dan keluarga, rasa malu bercampur khawatir menjadi bayang-bayang yang bisa bertahan seumur hidup.
Sharmila, kuasa hukum lima korban, menegaskan bahwa kasus ini bukan sekadar kenakalan remaja.
“Menurut kami, ini kejahatan asusila. Martabat anak-anak ini sudah dirusak,” katanya saat mendampingi pengaduan ke Polres Cirebon Kota, Senin 25 Agustus 2025.
Lebih jauh, ia menilai bahwa kasus foto diedit dengan kecerdasan buatan (AI) ini seharusnya menjadi alarm bagi semua pihak, terutama orang tua, sekolah, dan penegak hukum, tentang bahaya penyalahgunaan teknologi digital.
[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]
Trauma Mendalam Akibat Foto Diedit Pakai AI
Bagi para siswi SMA yang menjadi korban, luka yang ditinggalkan bukan hanya soal reputasi di dunia maya, melainkan juga kehidupan nyata.
“Yang kami sayangkan, ada pihak yang justru meminta korban memahami kondisi pelaku yang katanya sudah depresi. Tapi bagaimana dengan korban? Jejak digital itu sampai kapan bisa dihapus?” tegas Sharmila.
Ketakutan Orang Tua dan Anak
Rasa cemas juga menyelimuti orang tua para korban.
Mereka khawatir suatu hari nanti orang akan menganggap foto vulgar itu asli.
“Kalau pelaku mungkin bisa pindah sekolah atau keluar kota, catatannya bisa bersih. Tapi korban? Foto-foto itu bisa muncul kapan saja. Anak-anak ini bisa terus dihantui,” ujar Sharmila.
Kekhawatiran ini semakin besar saat membayangkan masa depan anak-anak mereka.
“Apalagi nanti kalau mau menikah, atau ketika mereka berhijab. Punya jejak digital vulgar kan sangat memalukan,” tambahnya.
Polisi Diminta Bertindak Tegas
Hingga kini, pihak keluarga korban terus mendesak aparat kepolisian untuk menindaklanjuti laporan sesuai prosedur.
“Kami melaporkan dengan pasal pornografi dan UU ITE. Karena ini menggunakan media digital, kami berharap aparat serius menangani,” jelas Sharmila.
Sementara itu, penyidik Polres Cirebon Kota telah memeriksa tiga terduga pelaku berinisial V, I, dan A.
Ketiganya masih berstatus pelajar dari sekolah favorit di Cirebon.
Tidak hanya menyebarkan, para pelaku diduga juga memperjualbelikan foto hasil manipulasi AI itu di Telegram dengan harga Rp50 ribu.
Orang Tua Pelaku Minta Maaf
Orang tua pelaku, melalui kuasa hukum mereka, akhirnya buka suara.
Mereka menyampaikan permintaan maaf kepada para korban.
“Bahwa memang kami melakukan konferensi pers ini untuk meminta maaf sedalam-dalamnya atas perilaku klien kami yang tidak baik,” ujar Angga, kuasa hukum dua terduga pelaku, I dan A.
Meski begitu, keluarga berharap fakta sebenarnya bisa terungkap.
“Kami sadar perilaku klien kami salah. Tapi kami ingin menjelaskan kronologisnya agar tidak simpang siur,” tambahnya.
Kronologi Kasus
Berdasarkan keterangan kuasa hukum:
Terduga pelaku tergabung dalam grup WhatsApp bernama Spenma Boy.
Seorang anggota misterius mengirimkan foto hasil editan dan beberapa foto asli.
Karena pengaturan WhatsApp auto-save, foto otomatis tersimpan di ponsel salah satu pelaku.
Foto itu kemudian beredar dari tangan ke tangan hingga direkam ulang oleh dua remaja lain, RJ dan AG, yang diduga ikut menyebarkannya.
“Informasi yang kami dapat, RJ inilah yang kemudian menyebarkan ke media sosial,” kata Angga.
Bahaya Teknologi AI Jika Disalahgunakan
Fenomena foto vulgar hasil rekayasa AI ini bukan kali pertama terjadi, baik di Indonesia maupun di dunia.
Teknologi yang sebenarnya bermanfaat, justru bisa berubah menjadi senjata perusak mental dan reputasi seseorang bila disalahgunakan.
Jejak Digital yang Tidak Pernah Hilang
Pakar keamanan digital menyebut, sekali foto atau video tersebar di internet, sangat sulit untuk benar-benar menghapusnya.
Inilah yang membuat korban terus merasa dikejar bayang-bayang.
Edukasi tentang literasi digital menjadi penting, terutama di kalangan remaja.
Banyak anak muda yang belum menyadari bahwa menyimpan, menyebarkan, atau bahkan sekadar ikut menyaksikan konten manipulasi digital bisa berdampak hukum.
Pentingnya Perlindungan Psikologis
Selain proses hukum, pendampingan psikologis juga dibutuhkan.
Anak-anak yang menjadi korban harus mendapatkan ruang aman untuk memulihkan diri.
Menurut psikolog anak dan remaja, trauma semacam ini bisa berdampak panjang, termasuk menurunkan rasa percaya diri, memicu depresi, bahkan memengaruhi prestasi sekolah.
Langkah Pencegahan untuk Orang Tua dan Remaja
Kasus foto siswi SMA diedit pakai AI di Cirebon bisa menjadi pelajaran berharga.
Berikut beberapa langkah pencegahan yang disarankan pakar:
1. Tingkatkan Literasi Digital
Orang tua perlu mengenalkan anak tentang risiko teknologi, termasuk penyalahgunaan AI, sejak dini.
2. Awasi Penggunaan Gadget
Pemasangan fitur parental control dan komunikasi terbuka dengan anak bisa membantu mencegah risiko.
3. Jangan Menyalahkan Korban
Budaya victim blaming hanya akan memperburuk trauma. Korban butuh dukungan, bukan stigma.
4. Dorong Regulasi yang Lebih Tegas
Kasus-kasus seperti ini membuktikan perlunya aturan yang lebih jelas untuk melindungi anak dari bahaya teknologi digital.
Kasus di Cirebon ini membuka mata kita bahwa penyalahgunaan AI untuk mengedit foto siswi SMA dan menjualnya di Telegram bukan sekadar kenakalan, melainkan bentuk kejahatan serius.
Korban tidak hanya terluka secara psikologis, tetapi juga menghadapi masa depan yang bisa terus dihantui jejak digital.
Meski proses hukum berjalan, tugas bersama masyarakat adalah memastikan para korban tidak merasa sendirian.
Literasi digital, pendampingan psikologis, serta penegakan hukum yang adil adalah kunci agar kasus serupa tidak kembali terulang.
(*)
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Siswi SMA Trauma Fotonya Diedit Pakai AI, Penyebar Jual Rp50 Ribu di Telegram
* Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
* Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!