Titip Kunci Bumi Ini Bang : Kisah Perpisahan Jemaah Haji Asal Pontianak yang Wafat di Makkah

Penulis: Peggy Dania
Editor: Try Juliansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

JEMAAH HAJI WAFAT - Ilustrasi jemaah haji. H Tarmizi Jemaah Haji Indonesia wafat du Tanah Suci.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – “Titip kunci bumi ini, Bang” Kalimat itu meluncur ringan dari mulut H. Tarmizi Samad saat ia berpamitan kepada sang kakak sebelum berangkat ke Tanah Suci akhir Mei lalu. 

Kunci rumah sebenarnya yang ia maksud. Tapi ucapannya terasa jauh lebih dalam seperti pesan terakhir yang menyiratkan perpisahan abadi.

Kini, sang adik telah kembali ke pangkuan Ilahi. H. Tarmizi Samad, jemaah haji Kloter BTH 26 asal Kota Pontianak, wafat di Makkah pada Minggu, 8 Juni 2025. 

Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan masyarakat yang mengenalnya.

Di ujung telepon, sang abang, H. Ridwan Khalid, tak mampu menyembunyikan tangisnya saat menceritakan momen perpisahan itu.

“Waktu dia turun dari rumah sebelum ke Asrama Haji, beliau sempat berdoa yang cukup menyentuh hati. Dia minta ampun sama Allah, mendoakan semua leluhur yang sudah mendahului,” katanya dengan suara bergetar, Rabu 18 Juni 2025.

Perjalanan haji almarhum dimulai pada Kamis, 29 Mei 2025. Ia berangkat dari rumah menuju Asrama Haji Pontianak diantar sang kakak yang juga mengenang momen haru di dalam mobil.

“Dia duduk di depan, saya di belakang. Dia bilang titip kunci, saya tanya kunci apa? ‘Kunci bumi ini, Bang,’ katanya. Saya tersentuh ketika dia bilang kunci bumi,” ujar sang kakak terisak.

Baca juga: Dua Jemaah Haji Asal Pontianak Wafat, Anggota DPRD Pontianak: Penyelenggaraan Perlu Dievaluasi

Sesampainya di asrama, almarhum sempat berpamitan dengan kakak iparnya dan menitipkan beberapa urusan yang belum rampung. 

“Dia cuma bilang, itu tinggal dipantau saja. Sudah beres semuanya,” kenang Ridwan, mengingat betapa almarhum selalu bertanggung jawab terhadap segala hal, bahkan hal-hal kecil.

H. Tarmizi bukan hanya dikenal dalam lingkup keluarga tapi juga dihormati luas di kalangan masyarakat. Ia merupakan sosok yang dermawan, ramah, dan peduli terhadap lingkungan. 

Semasa hidupnya ia telah banyak mengabdi dalam dunia pendidikan dan pemerintahan.

Selama 12 tahun, ia  pernah mengajar di Sekolah Pertanian Negeri Singkawang dan menjadi kepala sekolah di sana. 

Setelah itu, ia dipindahkan menjadi Kepala Balai Benih Padi di Peniraman, lalu ke Biro Satpol PP Kantor Gubernur Kalbar. Terakhir, ia bertugas di Dinas Sosial dan mengakhiri masa pensiunnya sebagai Kepala Panti Asuhan di Jalan Urai Bawadi, Pontianak.

“Kalau sehari-hari dia ini ramah-tamah, dermawan, sangat peduli karena dia juga sosok seorang pendidik, ketika dia dipindah-pindah pun tidak pernah komplain” ucap sang kakak.

Di masyarakat, ia juga dikenal aktif dalam kegiatan wakaf. Ia menjadi pembina di Badan Wakaf Kubu Raya lembaga yang kerap menyampaikan edukasi dan sosialisasi wakaf ke masjid-masjid.

“Beliau itu motivator. Sering sampaikan apa itu wakaf, manfaatnya. Umat jadi tahu dan sadar pentingnya wakaf,” katanya.

Keberangkatan haji tahun ini menjadi haji ketiga bagi almarhum. Sebelumnya ia pernah berhaji sendiri dan umrah bersama istri serta anak. 

Namun kali ini ia berangkat bersama istri, dua adik dan iparnya yang menjadi ketua regu.

Meski usianya sudah 64 tahun semangatnya luar biasa. Jauh lebih bersemangat dari sebelumnya.

“Luar biasa gembiranya. Tidak seperti haji-haji yang lalu. Seperti sudah menyelesaikan semua urusan dunia. Urusan hablum minannas-nya juga dia bereskan,” ujar Ridwan.

Baca juga: Kakanwil Kemenag Kalbar Sampaikan Turut Berdukacita Atas Wafatnya Dua Jemaah Haji Asal Pontianak

Bahkan beberapa hal yang belum sempat ditangani ia titipkan semuanya. 

“Itu yang membuat saya terenyuh. Salah satu yang saya ingat sampai sekarang, dia titip kunci bumi itu. Bahasa ‘kunci bumi’ itu tanda penting bagi saya,” tambahnya.

Malam menjelang wukuf di Arafah, almarhum memimpin zikir khusus keluarga. Ia menjadi imam salat Subuh di Arafah dan melanjutkan zikir hingga siang bersama istri, adik, dan iparnya.

“Dia memimpin zikir dari malam sampai siang. Nampaknya dia memang sudah begitu rindu dengan suasana haji di Arafah dan beliau sudah betul-betul diundang oleh Allah,” kata kakaknya.

Sang kakak sempat membacakan talbiyah dan doa melalui HP. Suasana di tempat almarhum berada mendadak hening.

“Adik saya yang mendampingi bilang, waktu saya baca doa itu, dia diam seribu bahasa. Semuanya senyap,” ungkapnya.

Puncak haji terjadi pada 12 Zulhijjah. H. Tarmizi berhasil menyelesaikan lempar jumrah tiga.  Beberapa detik setelah mengucap syukur beliau mendadak tak sadarkan diri.

“Saya terus terang merasa kehilangan tapi disisi lain saya berbahagia karena di akhir kehidupannya di akhir yang baik, yang dirindukan kaum muslimin karena dia dipanggil Allah pada 12 Zulhijjah setelah melempar jumrah yang ketiga” ujar sang kakak menangis.

Di akhir perbincangan, H. Ridwan Khalid menyampaikan pesan untuk siapa pun yang mengenal almarhum.

“Mohon Maaf kepada teman-teman sejawatnya, teman kuliahnya dan sekantornya,” ucapnya.

Dan seperti kalimat yang terus bergema di telinga sang kakak.

“Titip kunci bumi ini, Bang” Kini, kunci itu bukan lagi sekadar kunci rumah. Tapi mungkin itu adalah simbol bahwa almarhum telah menyerahkan seluruh urusan dunia dan siap menuju tempat abadi.

Selamat jalan, Haji Tarmizi Samad Semoga Allah menerima hajimu, mengampuni dosamu, dan menempatkanmu di tempat terbaik di sisi-Nya. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkini