KPAD Ungkap Lima Masalah Terbesar Anak di Pontianak, Kasus ABH dan Kekerasan Seksual Meningkat

Penulis: Peggy Dania
Editor: Try Juliansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KEKERASAN PADA ANAK - Niyah Nurniyati, Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Pontianak saat diwawancarai di Kantor KPAD Kota Pontianak, Rabu 28 Mei 2025. Ia Mengungkapkan bahwa Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) menempati urutan pertama, disusul kekerasan seksual, perebutan hak asuh anak, putus sekolah, serta persoalan kesejahteraan anak.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Pontianak mengungkapkan lima kasus terbanyak yang menimpa anak sepanjang tahun 2025. 

Niyah Nurniyati, Ketua KPAD Kota Pontianak, Mengungkapkan bahwa Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) menempati urutan pertama, disusul kekerasan seksual, perebutan hak asuh anak, putus sekolah, serta persoalan kesejahteraan anak.

“Lima terbanyak itu pertama ABH karena sajam, yang kedua anak mengalami tindakan kekerasan seksual dan kekerasan lainnya, ada fisik, bullying juga psikis,” ungkapnya saat ditemui di Kantor KPAD Kota Pontianak, Rabu 28 Mei 2025. 

Kasus kekerasan seksual terhadap anak menjadi sorotan karena naik ke peringkat dua tahun ini menggeser posisi tahun lalu.

KPAD juga mencatat peningkatan kasus kekerasan non-seksual, seperti kekerasan fisik dan psikis.

Di posisi ketiga, persoalan hak asuh anak kembali muncul sebagai isu signifikan seiring tingginya angka perceraian di Kota Pontianak. Banyak anak yang akhirnya tidak mendapatkan hak bertemu dengan salah satu orang tuanya atau tidak dinafkahi.

Sementara itu, tingginya angka putus sekolah di kalangan anak juga menjadi perhatian serius.

Niyah Nurniyati menyebut, sebagian besar anak yang terlibat dalam geng motor atau tindakan kriminal lainnya ternyata tidak lagi bersekolah.

Baca juga: Gagalkan Peredaran 1.010 Gram Sabu, Polresta Pontianak Juga Tangkap Tersangka Pengedar Narkoba

“Anak putus sekolah juga lumayan banyak, ini berkaitan dengan anak tadi yang terlibat geng motor itu kan biasanya hampir 70 persen statusnya putus atau tidak sekolah lagi,” jelasnya.

Kondisi tersebut diperburuk dengan lemahnya pengawasan dan peran keluarga. Anak-anak yang tidak bersekolah dan tidak memiliki kegiatan cenderung menghabiskan waktu bersama teman sebaya yang berujung pada perilaku menyimpang.

“Awalnya hanya berkumpul, senang-senang. Lalu ngide dari luar kan gini, dari media sosial. Jadi persoalan-persoalan ini sebenarnya saling berkaitan satu sama lain,” ujarnya.

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi pergeseran tren. Tahun lalu perebutan hak asuh berada di posisi pertama, disusul ABH dan kekerasan seksual.

Tahun ini, ABH naik ke posisi pertama, kekerasan seksual naik ke posisi kedua, sementara perebutan hak asuh turun ke urutan ketiga. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkini