TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, mengungkap kasus penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV)/AIDS di Kabupaten Sambas terjadi penurunan, Jumat 9 Mei 2025.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas dr Ganjar Eko Prabowo mengatakan, angka penderita HIV/AIDS memang sempat tinggi namun trendnya terjadi penurunan.
"Jadi memang penderita HIV ada di Sambas, tetapi agak terjadi penurunan, kalau dulu di atas tapi sekarang sudah peringkat menengah," ucap Ganjar Eko Prabowo.
Kendati demikian, Ganjar Eko Prabowo menyebut kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es. Karena, kata dia, penderita yang melaporkan lebih sedikit dibanding yang suspek.
"HIV itu fenomena gunung es di manapun di seluruh dunia, tidak terkecuali di Kabupaten Sambas, fenomena gunung es itu maksudnya di permukaan itu tampaknya sedikit tapi kalau kita bedah sampai bawah kita cari lebih besar dari sekarang," ujarnya.
Dia mengatakan, sejauh ini jumlah angka HIV/ AIDS di Sambas masuk kategori menengah lantaran upaya pencarian terhadap penderita, dinilai masih lemah.
"Ini menengah, bukan kita lengah mungkin pencarian kita masih kurang mencari suspek itu masih kurang, fenomena gunung es kalau kita mencari benar-benar. Konsolidasi mungkin banyak yang kita dapat di Kabupaten Sambas," tegasnya.
Baca juga: Satono Harap Ajang MTQ ke-X Sambas Lahirkan Generasi Qurani Berprestasi ke Nasional
Dia menjelaskan, kendala yang dihadapi lantaran kasus HIV/AIDS diangggap sesuatu yang sensitif. Namun upaya terus dilakukan pihaknya dengan menerjunkan relawan-relawan.
"Kesulitannya ini karena sensitif. Sensitif karena ada komunitas tertentu yang kita curigai itu menjadi tempat penularan HIV sebenarnya relawan kita ada, untuk memasuki komunitas tersebut," katanya.
Menurutnya, kasus penularan HIV/AIDS ini menjangkit di suatu komunitas yang dicurigai. Tetapi pihaknya menghadapi kesulitan ketika mendalami lebih jauh, diantaranya berkaitan dengan komunikasi.
"Tetapi gaya Ilmu komunikasi relawan itu harus diperbaiki, kadang-kadang relawan itu tidak bisa menembus ke komunitas itu, karena komunitas itu sangat rahasia sekali," katanya.
"Mereka itu tidak mau ini tersebar, tersiar, padahal SOP-nya kalau sudah ditemukan kita tidak akan membocorkan rahasia tersebut, antara relawan dengan penderita. Itu kesulitannya kami menemukan komunitas yang mau dengan sukarela memeriksakan diri itu sulit," tegasnya. (*)
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!