Waspada DBD

Kadiskes Kalbar Sebut Dinas Kabupaten Kota Sudah Distribusikan Alat Rapid Diagnostik Test untuk DBD

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar dr. Erna Yulianti saat memberikan keterangan terkait DBD di Kalbar,Jumat 11 Agustus 2023.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar melaui Dinas Kesehatan Kabupaten Kota telah mendistribusikan Rapid Diagnostik test untuk penyakit DBD ke seluruh puskesmas yang ada di daerah masing-masing.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, dr Erna Yulianti mengatakan bahwa dengan Rapid Diagnostik test ini, digunakan untuk meneggakan hasil pemeriksaan DBD, tapi tetap harus didukung pemeriksaan Hematologi. Sedangkan terkait pemeriksaan trombosit, dikatakan Erna sudau bisa dilakukan di puskesmas.

“Dinkes Kabupaten kota kita sudah distribusi Rapid Diagnostik test ini untuk DBD yang distribusi ke puskesmas,” ujar Erna, Kamis 12 Oktober 2023.

Erna menjelaskan Ns1 ( Rapid Test Diagnostik ) adalah suatu tes cepat untuk menentukan diagnosa awal pada infeksi dengue, dengan cara baca hasil dalam waktu 15 – 20 menit.

Adapun Interpretasi Hasil yakni untuk hasil Negatif ditandai dengan jika hanya terbentuk garis pada area garis control (C). Lalu untuk hasil Positif yakni jika terbentuk garis pada area garis (T) dan (C). Apabila hasil Invalid, yakni jika terbentuk garis pada area garis control (C).

Cegah DBD Merebak, Forkopimcam Teluk Keramat Bareng Warga Bersihkan Lingkungan

“Kalau untuk hasil invalid. Maka di lakukan test ulang. Jika di temukan hasil NS1 Positif dapat di lanjutkan ke pengujian Laboratorium. Selanjutnya kita lakukan Pemeriksaan Laboratorium untuk Trombosit,” ujarnya.

Seperti diketahui, DBD sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, dr. Erna Yulianti menjelaskan untuk di wilayah Kalimantan Barat sendiri, berdasarkan laporan yang masuk ke Dinkes Provinsi Kalbar, terjadi peningkatan kasus kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh DBD di beberapa Kabupaten/kota.

"Pada minggu 39 (kasus DBD) mengalami trend penurunan angka kesakitan, tetapi terjadi peningkatan angka kematian dikarenakan DBD bertambah dua kasus. bertambah dari 37 menjadi 39 kasus, hal ini dikarenakan pasien datang kondisi sudah parah ke fasyankes," pungkasnya. (*)

Ikuti Terus Berita Lainnya di Sini

Berita Terkini