Karhutla Kalbar

Pengamat Lingkungan Untan Pontianak Beberkan Penanganan Tepat Karhutla di Kalbar

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengamat dan Dosen Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura Pontianak, Kiki Prio Utomo ST MSc.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pertanggal 18 Juli 2023, ada 624 titik panas (Hotspot) di Kalimantan Barat.

Berikut analisis Pengamat dan Dosen Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Kiki Prio Utomo terkait penanganan yang tepat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kalbar:

"Solusi penanganan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi tergantung penyebabnya. Pencegahan dini, pengawasan dan belajar dari data adalah penanganan yang terbaik.

"Upaya pencegahan Karhutla yang perlu dilakukan oleh pemerintah pertama menggunakan data kebakaran tahun-tahun sebelumnya untuk mengetahui pola kejadian guna membuat rencana pencegahan dan pemadaman dini.

"Selain itu perlu kerjasama dan berbagi data antar pihak baik antara yang bertugas mencegah dan yang bertugas memadamkan. Kemudian diikuti dengan penegakan aturan.

Tim Sar Ditsamapta Polda Kalbar Melokalisir Karhutla di Desa Rasau Jaya Umum Kubu Raya

BPBD Kalbar Lakukan Evaluasi Daerah Rencana Operasi Penanggulangan Karhutla Menggunakan Helikopter

"Jika sudah terbakar tidak ada cara lain selain dipadamkan dengan satu atau berbagai cara menggunakan segala jenis alat yang tersedia.

"Tidak ada cara yang lebih baik, selain memadamkan kebakaran sejak awal saat Hotspot terdeteksi dan terverifikasi sebagai kebakaran.

"Mengenai Karhutla yang disebut disebabkan oleh perusahaan sawit sebenarnya tidak selalu - tidak juga - belum tentu. 

"Penyebab kebakaran hutan dan lahan ada banyak, mesti dilakukan penyelidikan untuk mengetahui sumber dan penyebab api, kebakaran hutan dan lahan dapat terjadi karena rangkaian peristiwa (chain of events) atau kombinasi berbagai faktor yang mengubah api kecil menjadi Karhutla yang meluas dan lama.

"Peran masyarakat sangat penting sangat penting, karena mereka juga oleh sebagian orang/pihak kadang kala dianggap penyebab dan masyarakat juga adalah yang akan terkena dampak Karhutla.

"Masyarakat yang ada di lapangan adalah yang pertama kali akan berhadapan dengan Karhutla dan boleh jadi yang mempunyai informasi kejadian atau penyebabnya, jadi masyarakat adalah unsur penting dalam pencegahan dan pengendalian Karhutla," katanya.

Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini Di sini

Berita Terkini