Prancis Tegas Tolak ChatGPT Untuk Dunia Pendidikan, Beda Dengan Sikap Singapura

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ChatGPT dari OpenAI

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Pemerintah Singapura telah merencanakan integrasi kecerdasan buatan (artificial intelligence) ChatGPT ke dalam sistem pendidikannya, baik sekolah maupun universitas.

Nantinya, pemerintahan akan mengajarkan guru dan siswa untuk memanfaatkan chatbot besutan OpenAI tersebut.

Sebelumnya, popularitas ChatGPT turut menimbulkan kehawatiran bagi beberapa pihak, termasuk dunia pendidikan.

Di Perancis dan Australia, mereka membatasi penggunaan ChatGPT untuk pendidikan. Akan tetapi, pemerintah Singapura justru menggunakan pendekatan berbeda.

Menteri Pendidikan Singapura, Chan Chun Sing mengatakan akan ada diskusi kelompok profesional, termasuk para pendidik untuk mengulik manfaat penerapan teknologi AI untuk dunia pendidikan.

Waspada, Kejahatan Siber Kini Mulai Masuk Dari ChatGPT

"Pada saat yang sama, pendidik kami akan tetap mengajarkan siswa konsep fundamental dan menuntun mereka agar tidak terlalu bergantung pada alat teknologi (seperti ChatGPT)," kata Sing di hadapan parlemen belum lama ini.

Menteri Pendidikan itu menyamakan ChatGPT dengan kalkulator. Menurutnya, kalkulator membantu siswa dalam belajar matematika, tetapi operasi matematika dasar itu harus dikuasai dulu oleh siswa lewat pembelajaran.

Sama halnya dengan ChatGPT yang hanya berguna apabila siswa memang sudah memahami konsep pembelajaran yang ada.

Oleh karena itu, selain mengajarkan konsep pembelajaran yang ada, Kementerian Pendidikan Singapura memastikan akan membekali siswa dengan keterampilan untuk menggunakan alat AI dengan lebih bertanggung jawab.

Siswa tidak hanya diajarkan untuk memahami cara penggunaan alat AI, tetapi juga untuk menilai secara kritis informasi yang diperoleh dari chatbot tersebut.

Sebab, informasi itu bisa saja tidak akurat atau bahkan bias.

Fitur Messenger Balik Lagi ke Facebook, Ini Alasannya

Ketika ditanya apakah ada tindakan yang dilakukan untuk mencegah kecurangan dengan bantuan alat AI seperti ChatGPT.

Sing menjelaskan bahwa perguruan tinggi di Singapura punya berbagai cara untuk menguji siswa, seperti ujian, presentasi, dan proyek.

Proyek ini, kata Sing, membutuhkan analisis, catatan lapangan, dan detail dari observasi yang tidak dapat dihasilkan dengan mudah oleh AI.

Tidak hanya itu, Sing menambahkan terdapat berbagai keterampilan yang tidak mudah digantikan oleh alat kecerdasan buatan.

Halaman
12

Berita Terkini