Hadir di Kuliah Umum IAIN Pontianak, Mantan Napi Teroris Kalbar Ungkap Hal Ini

Penulis: Ferryanto
Editor: Rivaldi Ade Musliadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Institut Agama Islam Negeri Pontianak saat menggelar kuliah umum sekaligus peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1444 H yang bertemakan menguatkan akar kehidupan beragama dalam konteks Bhineka Tunggal Ika, Kamis 27 Oktober 2022.

TRIBUN PONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Menguatkan akar kehidupan beragama dalam konteks Bhineka Tunggal Ika, Institut Agama Islam Negeri Pontianak menggelar kuliah umum sekaligus peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1444 H.

Bertempat di aula IAIN Pontianak, pada kuliah umum ini hadir Islah Bahrawi yang merupakan Direktur Jaringan Moderat Indonesia, sekaligus tenaga Ahli Pencegahan Radikalisme, Ekstrimisme, Terorisme Mabes Polri, Kamis 27 Oktober 2022.

Pada Kuliah Umum ini, hadir pula mantan Napi Teroris asal Kabupaten, Kalimantan Barat yang dikenal dengan nama Panji Kumbara atau Salim Sulyo.

Panji Kumbara tersebut ditangkap Densus 88 pada tahun 2019 lalu, dan setelah menjalani pidana dan telah bersih dari paham radikalisme dan terorisme pada tahun 2022 telah dibebaskan.

Dihadapan ratusan mahasiswa dan mahasiswi serta para civitas akademika IAIN, Salim Sulyo menceritakan bagaimana dirinya terpapar paham radikalisme hingga ingin melakukan teror, hingga akhirnya ia ditangkap Densus 88.

Ia mengungkapkan bahwa dirinya terpapar Paham Radikal pada tahun 2018, dimana pada saat itu dirinya ingin belajar lebih jauh tentang ilmu agama, namun dirinya belajar melalui media sosial, dan Saat itu dirinya masuk dalam grub media sosial ISIS.

Mahasiswa IAIN Pontianak Turut Jadi Utusan Kalimantan Barat Mengikuti MTQ Nasional ke-XXIX

Dari 3 bulan belajar dari media sosial itu, ia akhirnya terpengaruh hingga akhirnya masuk dalam jaringan.

Dari berbagai doktrin yang diberikan, dirinya sempat masuk dalam rencana untuk merampok sebuah Bank di Jawa Timur, yang nanti hasilnya akan digunakan untuk membuat bom.

"Kepada adek - adek mahasiswa saya minta berhati - hati saat bermedia sosial, karena terus terang saya dulu ingin belajar agama, karena telah lama didunia hitam, saya tidak pernah sholat, kemudian saya belajar agama dari media sosial, itulah kesalahan, karena saat itu saya tidak berusaha mencari kebenaran lain, atau referensi lain, sehingga menerka - nerka,"ungkapnya.

Diakuinya, para perekrut memiliki kemampuan yang sangat baik dalam mengajak dan mempengaruhi pikiran seseorang atau cuci otak, sehingga apa yang disampaikan para perekrut semua adalah benar.

"Bahkan karena berbagai pengaruh itu saya sudah siap melakukan aksi di daerah Jombang, tetapi Alhamdulillah Densus 88 segera menangkap saya, dan akhirnya saya masuk Lapas, dan di dalam Lapas saya belajar lebih banyak sehingga saya memahami apa yang saya pahami selama ini adalah salah, ajaran itu dulu sesat,"katanya.

Diakuinya, bila sudah terpengaruh ideologi radikal, pertikaian batin selalu dialami, bahkan ia merasa seperti orang gila karena ia bingung mana yang benar dan mana yang salah.

"Akhirnya setelah saya banyak belajar, saya sadar bahwa dalil dalil yang digunakan sebelumnya itu salah, kelemahannya banyak,"tuturnya.

"Kepada Adek - adek mahasiswa, mari kita jaga Negara Indonesia ini, jika ada adek kita, saudara kita yang memiliki pemahaman yang salah, tolong dinasehatin, karena saya merasakan betapa sakitnya perang batin karena ideologi itu," pesannya. (*)

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Berita Terkini