TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Harry Agung menjelaskan terkait penyakit cacar monyet (Monkey poc).
Dalam hal ini seperti yang dilakukan Kabupaten Tangerang telah menerbitkan Surat Edaran Antisipasi Cacar Monyet.
Harry Agung mengatakan untuk di Kalimantan Barat juga tetap dilakukan langkah antisipasi melalui Pemantauan Epidemiologi dengan investigasi kontak erat jika ditemukan suspek.
Dikatakannya bahwa cacar monyet/ Monkey Poc ini adalah kasus yang pernah viral tahun 2019. Namun sampai hari ini belum ada laporan terkait kasus cacar monyet di Kalimantan Barat.
Langkah antisipasi dilakukan melalui Pemantauan Epidemiologi dengan investigasi kontak erat jika ditemukan suspek. Dikatakannya surveilance epidemiologi dilakukan oleh tenaga kesehatan di semua faskes yang dikoordinir oleh tenaga surveilan di Diskes Kabupaten Kota.
• Waspada ! WHO Peringatkan Cacar Monyet Bisa Menyebar Lebih Masif ke Negara Non-Endemik
“Bila ada temuan suspek akan kita laporkan ke Sistem Kewaspadaan Dini dan respon SKDR atau PHEOC yang bisa dipantau oleh Diskes Provinsi dan Kemenkes,”ujarnya kepada Tribun Pontianak, Senin 30 Mei 2022.
Terkait cacar monyet juga tercantum di SE Dirjen P2P Kemenkes RI No: HK.02.02/C/2752/2022Tentang Kewaspadaan terhadap penyakit Monkey Pox di negara non endemis 26 Mei 2022 .
Dalam SE tersebut juga diharapkan Diskes Provinsi Kalbar, hingga kabupaten kota, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Labkesda, Faskes RS/ Puskesmas untuk meningkatkan kewaspadaan dengan pemantauan epidemiologi dan penemuan kasus.
Harry Agung mengatakan langlah yang dilakukan sama dengan kasus Emerging disease lainnya yakni dengan Koordinasi dengan Diskes kabupaten kota terkait hal tersebut
“Kita juga meningkatkan Pemantauan Epidemiologi dan Melibatkan promosi kesehatan terkait edukasi Mongky Pox ke masyarakat,”ujarnya
Selain itu meningkatkan kewaspadaan baik dipintu masuk ke Kalbar koordinasi dengan KKP.
Ia menjelaskan lebih lanjut terkait gejala cacar monyet ini mirip dengan smalpox / cacar namun lebih ringan, dengan masa inkubasi 5 sampai dengan 21 hari.
“Gejalanya ada demam, sakit kepala hebat, pembesaran limfadenopati, nyeri punggung, dan nyeri otot. Ruam muncul pada wajah sampai ke punggung mirip cacar, lepuh berisi cairan biasanya ruam menghilangkan minggu ke 3 dan dapat sembuh sendiri berlangsung 14 sampai 21 hari sering terjadi pada anak-anak,”jelasnya.
Sedangkan untuk Pengobatan bisa dilakukan sesuai symtom atau gejala yang muncul.
“Pencegahan yang bisa kita lakukan dengan berperilaku Hidup bersih dan Sehat, makan dengan makanan yang bergizi,”papar Harry Agung.
Dikatakannya bahwa penyakit ini termasuk zoonosis yang penularannya bisa lewat hewan monyet , tikus , tupai dan hewan pengerat lainnya.
“Makanya kita harus hati-hati dengan hewan-hewan tersebut,”pungkasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News