TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG - Manager PLN UPDK Singkawang, Ince Anjas menerangkan, pihaknya tengah mempersiapkan workshop pemanfaatan FABA untuk masyarakat di sekitar PLTU Bengkayang.
"Saat ini sedang kami siapkan, kita akan melaksanakan program CSR dengan memberi bantuan pembuatan Workshop pemanfaatan FABA yang mana tujuan akhirnya adalah menjadikan pemanfaatan FABA sebagai salah satu produk yang dapat di gunakan masyarakat dan bernilai jual," ujar Ince, Senin 27 September 2021.
Ince menuturkan, saat ini PLN UPDK Singkawang melalui PLTU Sanggau sudah terdapat workshop pemanfaatan FABA sebagai pengolahan FABA menjadi produk bermanfaat, seperti Batako ataupun Paving Block.
Pemanfaatan FABA sebagai Batako dan Paving Block di PLTU Sanggau ini, ia katakan, telah mendapatkan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
• Ikut Lelang Jabatan Kepala Dinas di Kota Singkawang, Ini Sederet Prestasi dan Capaian Evan Ernanda
"Namun saat ini penggunaan produk masih sebatas pada penggunaan di internal PLTU Sanggau," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, PLN UPDK Singkawang berhasil membuat dua tempat cuci tangan dan dua kursi taman dengan menggunakan Fly Ash Bottom Ash (FABA) atau limbah padat hasil pembakaran batu bara di PLTU Bengkayang.
Pejabat Pelaksana Lingkungan PLN UPDK Singkawang, Hilda Rosalina menerangkan, pembuatan tempat cuci tangan dan kursi taman dari limbah batu bara tersebut bertujuan agar limbah batu bara hasil pembakaran di PLTU bisa bermanfaat.
"Kami sudah melakukan berbagai uji coba agar FABA hasil pembakaran di PLTU bisa bermanfaat. Jadi tempat cuci tangan dan kursi ini salah satu hasilnya," ujar Hilda kepada wartawan.
Menurut penuturan Hilda, limbah padat batu bara ini memang bisa menjadi bahan baku keperluan sektor konstruksi dan infrastruktur, bahkan pertanian.
Pemanfaatan FABA tersebut dilakukan setelah keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dimana FABA menjadi Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
"Berdasarkan hasil uji laboratorium independen atas Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) dan Lethal Dose 50 (LD50) yang sample-nya berasal dari beberapa PLTU, FABA yang dihasilkan tidak mengandung unsur yang membahayakan lingkungan," jelas Hilda.
Pemanfaatan FABA ini, lanjut Hilda, tidaklah sulit, karena kandungan alumina dan silica pada FABA, dapat berfungsi merekatkan, serta memiliki tekstur mirip dengan campuran antara semen, pasir dan air.
"Jadi bisa mengurangi biaya penggunaan semen. Dari segi biaya ekonomis, bentuk granlar cocok sebagai pengganti pasir, memiliki karakter yang cocok untuk bahan kontruksi ramah lingkungan," jelasnya. (*)
(Simak berita terbaru dari Singkawang)