Khazanah Islam

Cara Solat Gerhana Bulan dan Bacaannya, Jam Berapa Waktu Shalat Gerhana Bulan Total Rabu 26 Mei 2021

Editor: Nasaruddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Umat muslim Kota Pontianak menggelar salat gerhana bulan di Masjid Raya Mujahidin Pontianak, Jalan Ahmad Yani, Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu 31 Januari 2018) malam. Gerhana bulan total yang diberi nama Super Blue Blood Moon ini tidak begitu terlihat jelas dari Kota Pontianak karena tertutup awan.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Solat Gerhana Bulan adalah Shalat sunnah yang dilaksanakan saat gerhana bulan terjadi.

Solat Gerhana Bulan ini dikenal juga dengan nama Shalat Khusuf.

Buya Yahya dalam satu ceramahnya menyatakan bahwa waktu melaksanakan Solat Gerhana adalah saat gerhana itu terjadi.

“Boleh diawal, di tengahan, atau di akhir. Yang penting sebelum matahari (atau bulan) kembali utuh,” papar Buya.

Baca juga: Ini Lokasi Terbaik Mengamati Gerhana Bulan Total Rabu 26 Mei 2021, Waktu Puncak Mulai Jam Berapa?

Jika seandainya orang tersebut takbiratul ihram di saat detik-detik terakhir gerhana akan berakhir, maka Buya Yahya mengatakan bahwa shalat orang tersebut tetap sah.

“Karena yang penting waktu takbiratul ihram dalam keadaan gerhana masih ada,” kata Buya.

(Berita Gerhana Bulan Total lainnya bisa dilihat di GBT)

Buya menegaskan, shalat Khusuf berakhir apabila telah gerhana sudah berakhir dan matahari atau bulan sudah kembai seperti biasa.

“Jangan sampai diantara kita yang ketinggalan dengan shalat ini (Khusuf),” pesan Buya.

Berikut niat dan tata cara salat gerhana bulan atau salat khusuf, dikutip Tribunnews.com dari laman resmi Kemenag.go.id:

Ini Waktu Terbaik Menyaksikan Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 Bertepatan dengan Hari Raya Waisak

1. Membaca niat di dalam hati, berikut niat salat gerhana atau shalat khusuf:

Bila shalat gerhana Bulan dilakukan secara berjamaah niatnya adalah sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامً/مَأمُومًا لله تَعَالَى

Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ.

Bila dikerjakan sendirian niatnya adalah sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ لله تَعَالَى

Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: Saya berniat mengerjakan salat sunah Gerhana Bulan/Matahari sebagai imam/makmum karena Allah semata.

Seorang bocah antusias saat akan melihat gerhana bulan di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Pontianak yang juga menggelar acara nobar gerhana bulan di halaman kantor LAPAN, Jalan Lapan, Kelurahan Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara, Rabu (31/01/2018). (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ BELLA)

2. Takbiratul ihram, sebagaimana shalat biasa.

3. Membaca doa iftitah dan berta'awudz kemudian membaca surat Al Fatihah, membaca surat yang panjang dengan dijaharkan (dikeraskan suaranya).

Dalam hadits Aisyah: “Nabi Saw. menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901).

4. Kemudian ruku sambil memanjangkannya.

5. Kemudian bangkit dari ruku (i’tidal) sambil mengucapkan Sami’allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamd’.

6. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, tapi dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang (berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama).

7. Ruku kembali (ruku kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku sebelumnya.

8. Kemudian bangkit dari ruku (i’tidal).

9. Sujud yang panjangnya sebagaimana ruku, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.

10. Dilanjutkan bangkit dari sujud lalu mengerjakan rakaat kedua sebagaimana rakaat pertama (bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya).

11. Tasyahud hingga Salam.

Setelah shalat gerhana, imam lalu menyampaikan khotbah kepada jemaah.

Khotbah tersebut berisi anjuran kepada jamaah untuk berzikir, berdoa, beristighfar, sedekah, dan hal-hal baik lainnya.

Waktu Gerhana Bulan 26 Mei Terjadi

Gerhana Bulan Total akan terjadi Rabu 26 Mei 2021 dan dapat diamati di wilayah Indonesia.

Meski Gerhana Bulan Total bisa disaksikan di Indonesia, ada beberapa tempat yang menjadi lokasi terbaik untuk kamu yang akan melakukan pengamatan.

Lokasi-lokasi itu, berbeda untuk setiap fase mulai dari awal penumbra hingga puncak gerhana dan akhir penumbra.

Dalam keterangannya, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebut Gerhana Bulan Total kali ini juga disebut sebagai Bulan Merah Super (Super Blood Moon).

Hal itu mengingat lebar sudut Bulan yang lebih besar 13,77 persen dibandingkan dengan ketika berada di titik terjauhnya (apoge) dan kecerlangannya 15,6 persen lebih terang dibandingkan dengan rata-rata atau 29,1 persen lebih terang dibandingkan dengan ketika apoge.

Selain itu, durasi fase total gerhana kali ini cukup singkat, yakni 14 menit 30 detik.

Secara global, GBT kali ini dapat disaksikan di Asia Timur, Asia Tenggara, Australia, Selandia Baru, Oseania, dan sebagian besar benua Amerika kecuali Kanada bagian Timur, Kepulauan Virgin sampai dengan TrinidadTobago, Brazil bagian timur, Guyana, Suriname dan Guyana Prancis.

Hal itu mengingat lebar sudut Bulan yang lebih besar 13,77 persen dibandingkan dengan ketika berada di titik terjauhnya (apoge) dan kecerlangannya 15,6 persen lebih terang dibandingkan dengan rata-rata atau 29,1 persen lebih terang dibandingkan dengan ketika apoge.

Selain itu, durasi fase total gerhana kali ini cukup singkat, yakni 14 menit 30 detik.

Secara global, GBT kali ini dapat disaksikan di Asia Timur, Asia Tenggara, Australia, Selandia Baru, Oseania, dan sebagian besar benua Amerika kecuali Kanada bagian Timur, Kepulauan Virgin sampai dengan TrinidadTobago, Brazil bagian timur, Guyana, Suriname dan Guyana Prancis.

Adapun lokasi terbaik untuk pengamatan, Lapan sudah mengeluarkan data berdasarkan fase-fase Gerhana Bulan Total sebagai berikut:

- Awal Penumbra (15.46.12 WIB/ 16.46.12 WITA/ 17.46.12 WITA) dapat terlihat di Papua, Kepulauan Aru

- Awal Sebagian (16.44.37 WIB/ 17.44.37 WITA/ 18.44.37 WIT) dapat terlihat di Papua, Papua Barat, Maluku (kecuali Kep. Aru), Maluku Utara, Sulawesi Utara, sebagian Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, NTT.

- Awal Total (18.09.29 WIB/ 19.09.29 WITA/ 20.09.29 WIT) dapat terlihat di seluruh Indonesia, kecuali Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, sebagian Riau.

- Puncak gerhana (18.18.43 WIB/ 19.18 43 WITA/ 20.18.43 WIT) dapat terlihat di seluruh Indonesia, kecuali: Aceh, Pulau Nias, sebagian Sumatera Utara

- Akhir Sebagian (19.52.49 WIB/ 20.52.49 WITA/ 21.52.49 WIT) dapat terlihat di seluruh Indonesia

- Akhir Penumbra (20.51.16 WIB/ 21.51.16 WITA/ 22.51.16 WIT) dapat terlihat di seluruh Indonesia.

Terkait Gerhana Bulan Total ini, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan melakukan pengamatan di beberapa wilayah.

Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono menyatakan, pihaknya menggunakan teleskop yang dipadukan dengan detektor dan teknologi informasi dan disebarluaskan melalui https://www.bmkg.go.id/gbt.

Gerhana Bulan Total ini dapat disaksikan jika kondisi cuaca cerah-berawan.

Ia memastikan, Gerhana Bulan Total aman disaksikan oleh masyarakat dengan mata telanjang tanpa harus menggunakan kaca mata khusus gerhana.

"Pada puncak gerhananya, di sebagian besar wilayah Indonesia posisi Bulan dekat dengan horizon di bagian Timur sehingga memungkinkan pengamat untuk dapat mengabadikan kejadian gerhana ini dengan latar depan bangunan yang bersejarah atau ikonis," kata dia.

Masyarakat dapat mengikuti proses pengamatan ini dengan mengakses https://www.bmkg.go.id/gbt.

Mereka yang berada di pesisir atau pinggir laut (pantai) perlu mewaspadai terjadinya pasang air laut yang lebih tinggi dari pasang normalnya.

Lebih jauh Rahmat menjelaskan bahwa Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar.

"Hal ini terjadi saat Bulan berada di umbra Bumi, yang berakibat, saat puncak gerhana bulan total terjadi, Bulan akan terlihat berwarna merah, terkenal dengan istilah Blood Moon," kata dia kepada Kompas.com, Jumat 21 Mei 2021.

Triyono menjelaskan, posisi Bulan saat terjadi gerhana, berada di posisi terdekat dengan bumi (Perigee), maka Bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa, sehingga sering disebut dengan Super Moon.

"Sehingga, Gerhana Bulan Total tanggal 26 Mei 2021 dikenal juga dengan Super Blood Moon, karena terjadi saat bulan di Perigee, Bulan berada di jarak terdekat dengan Bumi," ucap Triyono.

Triyono mengatakan, BMKG akan melakukan pengamatan Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 di lokasi-lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Bertepatan dengan Perige dan Waisak

Gerhana Bulan Total Super Blood Moon tahun 2021 terjadi pada hari Rabu 26 Mei.

Terjadinya Gerhana Bulan Total, bersamaan dengan perayaan Hari Raya Waisak 2565 BE.

GBT yang beriringan dengan Hari Raya Waisak dalam seabad terakhir pernah terjadi pada 24 Mei 1910, 14 Mei 1938, 14 Mei 1957, 25 Mei 1975, dan 16 Mei 2003.

Fenomena ini akan terjadi kembali pada 26 Mei 2040, 7 Mei 2050, 6 Mei 2069, 17 Mei 2087 dan 29 Mei 2106.

Bahkan, 16 Mei 2023 merupakan salah satu diantara dua Bulan Super Merah yang terjadi ketika Hari Raya Waisak di abad ke-21 selain 26 Mei 2021.

Bulan Super Merah yang beriringan dengan Hari Raya Waisak pernah terjadi sebanyak empat kali pada abad ke-18, yakni pada 10 Mei 1808, 21 Mei 1826, 1 Juni 1844 dan 21 Mei 1845. Fenomena ini berulang setiap 195 tahun sekali akan terjadi kembali pada 10 Mei 2199, 21 Mei 2217 dan 16 Mei 2394. 

Tak hanya itu. Spesialnya Gerhana Bulan Total kali ini juga beriringan dengan terjadinya Perige, yakni ketika Bulan berada di jarak terdekatnya dengan Bumi. 

Puncak gerhana terjadi pada pukul 18.18.43 WIB / 19.18.43 WITA / 20.18.43 WIT dengan jarak 357.464 kilometer dari Bumi.

Sementara itu puncak Perige terjadi pada pukul 08.57.46 WIB / 09.57.46 WITA / 10.57.46 WIT dengan jarak 357.316 kilometer dari Bumi.

Melansir laman BMKG, Gerhana Bulan adalah peristiwa terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak
semuanya sampai ke Bulan.

Peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.

Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar.

Hal ini membuat Bulan masuk ke umbra Bumi.

Akibatnya, saat fase totalitas gerhana terjadi Bulan akan terlihat kemerahan.

Adapun Gerhana Matahari adalah peristiwa terhalangnya cahaya Matahari oleh Bulan sehingga tidak semua cahayanya sampai ke Bumi
dan selalu terjadi pada saat fase bulan baru.

Pada tahun 2021 terjadi 4 (empat) kali gerhana, yaitu 2 (dua) kali gerhana Matahari dan 2 (dua) kali gerhana Bulan.

Rinciannya adalah sebagai berikut :

1. Gerhana Bulan Total (GBT) 26 Mei 2021 yang dapat diamati dari Indonesia

2. Gerhana Matahari Cincin (GMC) 10 Juni 2021 yang tidak dapat diamati dari Indonesia

3. Gerhana Bulan Sebagian (GBS) 19 November 2021 yang dapat diamati dari Indonesia

4. Gerhana Matahari Total (GMT) 4 Desember 2021 yang tidak dapat diamati dari Indonesia.

Dengan membandingkan jarak Bumi-Bulan dan kejadian Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021, dapat diketahui bahwa waktu puncak gerhana ini terjadi hanya 9 jam 28 menit dari sejak Bulan berada di perige.

Karena itu, gerhana ini dapat disebut sebagai gerhana bulan total perige atau dikenal pula sebagai Super Blood Moon, mengingat saat fase totalitas Bulan akan terlihat kemerahan.

Pada puncak gerhananya, di sebagian besar wilayah Indonesia posisi Bulan dekat dengan horizon di bagian Timur sehingga memungkinkan pengamat untuk dapat mengabadikan kejadian gerhana ini dengan latar depan bangunan yang bersejarah atau ikonis.

Gerhana bulan total perige sebelumnya yang teramati di Indonesia terjadi pada 31 Januari 2018.

Adapun gerhana bulan total perige yang akan datang yang dapat diamati lagi di Indonesia akan terjadi pada 8 Oktober 2033.(*)

_______
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Niat dan Tata Cara Salat Gerhana Bulan Penumbra 30 November 2020
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia

Berita Terkini