IMLEK - Ustazd Abdul Somad atau UAS mengungkapkan hukum merayakan tahun baru Imlek 2571 yang jatuh pada Sabtu 25 Januari 2020.
Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa.
Perayaan tahun baru imlek dimulai pada hari pertama bulan pertama di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh pada tanggal ke-15 (pada saat bulan purnama).
Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chuxi yang berarti "malam pergantian tahun".
Nah bagi umat muslim, bolehkah ikut merayakan Tahun Baru Imlek?
• Boleh Tidak Umat Islam Ucapkan Selamat Tahun Baru Imlek? Ini Penjelasan Mahfud MD
Berikut penjelasan Ustazd Abdul Somad yang dikutip dari channel YouTube @OFF Message:
"Kalau sekedar datang bersilaturahim tidak apa-apa.
Dalilnya datang asma menjumpai nabi, emak saya non-muslim tapi tak seagama.
Dia datang mau menyambung silaturahim boleh.
Tapi kalau ritualnya, ritual agamanya tak boleh
Lewati hari ritual beberapa hari, bilang aku belum bisa datang karena kesibukan.
Habis itu silakan datang," ujar UAS.
Tradisi Imlek di Indonesia
Sebentar lagi Tahun Baru Imlek akan segera di rayakan, tepatnya pada 25 januari 2020.
Beberapa tradisi bagi yang merayakan imlek dapat dilakukan bersama keluarga dan sanak saudara.
Berikut rangkum dari beberapa sumber terkait tradisi yang dilakukan untuk merayakan Tahun Baru Imlek.
1. Membersihkan rumah
Pembersihan rumah biasanya akan dilakukan beberapa hari sebelum Tahun Baru Imlek.
Dengan membersihkan rumah dianggap dapat mengeluarkan hal buruk selama setahun sebelumnya.
Dikutip dari laman Officeholidays, Kamis (16/1/2020), saat itu rumah-rumah dibersihkan dari atas ke bawah, mulai dari pintu dan jendela diberi lapisan cat baru, biasanya berwarna merah.
Mereka tidak diperbolehkan membersihkan rumah saat hari pertama Tahun Baru Imlek, karena menurut kepercayaan akan mengusir keberuntungan yang ada.
2. Identik dengan warna merah
Tahun Baru Imlek akan identik dengan warna merah.
Warna merah adalah warna yang panas, unsur api yang diharapkan dapat memberikan kebahagiaan.
Dilansir Kompas.com, Kamis (16/1/2020), kepercayaan masyarakat Tionghoa menganggap bahwa warna merah akan membawa keberuntungan.
Warna merah juga merupakan unsur 'yang'.
Dengan identik warna merah saat perayaan Tahun Baru Imlek diharapkan segala kegelapan dan kesedihan akan sirna dan digantikan dengan kabahagiaan.
3. Angpao
Tradisi lain untuk meyarakan Tahun Baru Imlek adalah angpao.
Angpao dalam bahasa Mandarin disebut hongbao yang memiliki makna amplop merah.
Dikutip dari Kompas, Kamis (16/1/2020), cikal bakal dari tradisi angpau ini dipercaya ketika masa Dinasti Qin berkuasa pada 221 sampai 226 SM.
Tradisi pemberian angpau, biasanya diberikan oleh orang yang sudah menikah terhadap yang belum menikah serta kepada orang tua mereka.
Isi angpao jumlahnya tidak ditentukan, namun biasanya selalu angka genap, karena jika angka ganjil akan identik dengan pemakaman.
4. Makanan
Dikutip dari laman Grid, Kamis (16/1/2020), kue keranjang dan jeruk merupakan ciri khas saat perayaan Imlek.
Mereka juga akan menyajikan makanan di ata nampan berbentuk segi 6 atau segi 8 dengan isian yang beragam.
Namun beberapa dari mereka juga menyediakan makanan keberuntungan.
Makanan keberuntungan misalnya mie yang sengaja tidak dipotong untuk melambangkan umur panjang, kue bola berbentuk uang Tiongkok zaman dulu yang melambangkan kekayaan.
Saat Imlek, mereka tidak disarankan untuk memakan bubur, karena bagi warga Tionghoa bubur melambangkan kemiskinan.
5. Hujan
Perayaan Imlek biasanya akan identik dengan turunnya hujan.
Dilansir dari laman Kompas, Kamis (16/1/2020), setiap perayaan Imlek terjadi pada saat musim hujan dan tak sedikit masyarakat Tionghoa meyakini akan ada keberuntungan yang jatuh ke bumi berbarengan dengan turunnya hujan tersebut.
6. Tidak boleh membalik ikan saat menyantapnya
Merayakan Tahun Baru Imlek bersama keluarga dengan menyantap makanan yang lezat akan sangat menyenangkan, apa lagi dengan menu ikan.
Menu ikan yang biasa disantap adalah ikan bandeng.
Dikutip dari laman Grid, Kamis (16/1/2020), ketika sedang menyantap ikan, kita tidak boleh membalik ikan untuk mengambil daging ikan pada sisi satunya.
Serta kita juga harus menyisakan ikan tersebut agar bisa dinikmati besok.
Masyarakat Tionghoa percaya bahwa kebiasaan ini merupakan lambang dari nilai surplus untuk tahun yang akan datang. (*)