Calliotoxin inilah yang membuat ular cabe merah sangat mematikan.
Racun itu mengganggu kanal sodium, sebuah jalur yang menyebabkan saraf tertentu aktif dan tidak aktif.
Calliotoxin akan membuat kanal sodium dalam jaringan saraf mangsanya terus hidup sehingga mengalami kram, kejang, dan paralisis.
Bagi Fry dan rekannya, Jennifer Deuis, cara kerja calliotoxin tersebut menarik. Sebab, kanal sodium jugalah yang memengaruhi munculnya rasa sakit yang dialami manusia.
"Menghambat kanal sodium adalah cara penyembuhan yang menjanjikan untuk mengatasi rasa sakit," ujar Deuis kepada Washington Post, kemarin.
Calliotoxin juga menarik karena berasal dari hewan bertulang belakang. Dengan demikian, senyawa itu bekerja pada sistem yang lebih mirip dengan manusia.
Jangan membayangkan pada masa depan ilmuwan akan "memerah" bisa dari ular cabe merah.
Bukan itu yang ada dalam bayangan Fry dan rekan. Fry mengatakan, yang akan dikembangkan adalah senyawa sintetis dari calliotoxin.
Temuan yang dipublikasikan di jurnal Toxin minggu ini memberi gambaran bahwa betapa pun mematikan suatu makhluk, tetap saja ada manfaatnya.
"Jika saja kita merusak keanekaragaman hayati itu, akan sulit untuk mendapatkan manfaat ekonominya." kata Fry.
Sebagian artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Panji Petualang Bahas Siswi SD Tewas Dipatuk Ular di Gianyar, 'Hati-hati dengan Ular Kecil Ini' dan di Kompas.com dengan judul "Ular Cabe Merah Indonesia, Cantik, Mematikan, tetapi Juga Menyembuhkan"