PONTIANAK - Masih tak maksimalnya penarikan retribusi dari para lapak penjual durian, padahal sampah yang dihasilkan mereka dalam jumlah banyak disayangkan oleh Ketua DPRD Kota Pontianak, Satarudin.
Menurut Satarudin, dinas terkait harus proaktif dalam menarik iuran dari pelaku penjual durian yang ada di sepanjang jalan.
"Sangat disayangkan juga kalau retribusi tidak maksimal ditarik, padahal sampahnya membludak. Seperti yang disebut DLH sampai 70 ton per hari, itukan luar biasa," ucap Satarudin saat diwawancarai Tribun Pontianak, Sabtu (4/1/2020).
Lanjut disampaikannya, bahwa retribusi yang ditarik telah diatur dalam peraturan daerah sehingga harus jelas dan maksimal dalam pengelolaannya.
Biaya untuk mengelola sampah yang ada di Kota Pontianak juga tidak sedikit, setiap tahunnya selalu menigkat.
Oleh sebab itu, Satarudin menegaskan DLH harus proaktif dalam menagih para penjual durian.
• Pedagang Durian Mengaku Belum Pernah Didatangi Petugas untuk Penarikan Retribusi
Selain itu, pelaku usaha dimintanya untuk taat akan aturan yang ada. Dengan meningkatkan sampah yang dihasilkan saat musim durian, maka biaya dipastikannya akan meningkat pula.
"DLH bisa membuat koordinatornya di masing-masing daerah, misalnya Pontianak Utara ada penagih, Timur ada penagih sehingga bisa dimaksimalkan retribusi dari lapak durian ini," ucap Satarudin.
Sampah Meningkat 20 Persen
Volume sampah di saat musim durian seperti saat ini meningkat hingga 20 persen, hal itu disampaikan langsung Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pontianak, Tinorma Butar Butar.
Untuk menyiasati membludaknya volume sampah, DLH menambah angkutan sampah.
"Sampah meningkat hingga 20 persen musim durian seperti ini, biasa sampah sekitar 400 ton perhari saat ini mencapai 450-470 ton," ucap
Musim durian terjadi setiap tahunnya, sehingga DLH telah mengantisipasi dengan menambah ritase pengangkutan. Hal itu dilakukan agar sampah tidak menumpuk.
"Musim durian ini dudah terjadi setiap tahunnya, penanganannya kita tambah. Misalnya biasa 4 rit sekarang menjadi 5 rit untuk mengangkut sampah," jelas Tinorma.
• Lina Mantan Istri Sule Kepergok Lakukan Ini Seminggu Sebelum Meninggal, Bawa Bayinya ke Tempat Ini
Selain itu, DLH mengerahkan petugas harian lepas dan lembur juga sudah disiapkan.
Meskipun sampah membludak hingga 470 ton perharinya akibat kulit dan biji durian, Tinorma menegaskan retribusi dari para pedagang dan lapak yang menjual durian belum maksimal.
Berbagai kendala masih ditemui, seperti keterbatasan petugas yang menarik iuran dan kurangnya kesadaran pedagang durian dalam membayar retribusi yang telah diatur.
"Kalau penarikan iuran memang sampai saat ini belum maksimal. Dalam aturan kita, setiap lapak itu, ditarik Rp25 ribu. Namun kendalanya petugas kami yang terbatas sehingga belum maksimal dalam penagihan," ucap Tinorma.
Retribusi dari lapak durian sama besarnya dengan lapak penjual kelapa, pasalnya volume sampah yang mereka hasilkan jauh lebih banyak dari pedagang buah lainnya.
"Tahun kemaren sudah mulai ditagih, tapi memang belum maksimal dan masih ada daerah yang belum disentuh akibat keterbatasan tenaga kerja," ungkapnya.
Pedagang juga dimintanya harus sinergi, jangan menghindar dan berdalih saat ditagih, kesadaran para pedagang dalam membayar retribusi diakuinya masih sangat rendah.
"Kita sudah pernah berikan surat edaran dan ada regulasinya, namun kesadaran mereka memang masih rendah,"tambahnya.
Tinorma, mengharapkan pedagang taat akan aturan membayar retribusi, akibat meningkatnya volume sampah biaya yang dikeluarkan Pemkot Pontianak juga pasti meningkat.
Sehingga pemasukan dari retribusi itulah sebagai penyumbang untuk pengelolaan sampah yang ada.
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak