Gelar Workshop Hoax Musuh Bersama, Ini Harapan Ketua IJTI dan Dewan Pers Pada Jurnalis
PONTIANAK- Bertajuk "Hoax Musuh Bersama", Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Kalbar menggelar Workshop yang di gelar di hotel Mercure bagi para jurnalis yang berasal dari berbagai media masa yang ada di kalbar, baik jurnalis media cetak, Jurnalis media online, dan jurnalis meida televisi, Sabtu (3/8/2019)
Pada workshop ini, hadir langsung anggota dari dewan pers Indonesia yang juga merupakan Pimpinan Redaksi dari MNCNEWS yakni Jamalul Insan, lalu Yadi Hendriatna selaku ketua Umum IJTI yang juga merupakan Pimpinan Redaksi iNews TV, serta Herik Kurniawan selaku manager produksi News RCTI selaku narasumber.
Pada pemaparannya, Yadi Hendriatna selaku ketua umum IJTI Indonesia menyampaikan bahwa setiap orang yang telah memilih jalan menjadi seoroang Jurnalis yang bergerak media mainstream harus benar - bener menjaga ritme sebagai jurnalis verivikasi.
Baca: Natalia : Semoga Daud Mengharumkan Kalbar dan Indonesia
Baca: VIDEO: Wuling Almaz Keluarkan Varian Terbaru 7 Seater
Selanjutnya, untuk mencegah Informasi dan berita hoax di masyarakat, ia menekankan setiap insan jurnalis harus menjadikan media mainstream sebagai parameter Informasi publik.
"Kita yang hidup dan bekerja di media mainstream harus bersama - sama memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab,"jelasnya.
Kemudian, Jamalul Insan selaku anggota Dewan Pers menyampaikan bahwa peran Jurnalis dapat hilang di antara Informasi yang bersifat Disinformasi dan Misinformasi bila tidak menjaga fungsi dan peran sesuai kode etik sebagai jurnalistik dalam setiap penyampaian informasi dalam berita yang di buatnya.
"Kita ini terancam di tenggelamkan dengan informasi yang Disinformasi dan Misinformasi, kita bisa hilang fungsi dan peran kita ini bila kita tidak berdiri dan menjaga fungsi kita sebagai jurnalis,"katanya.
Oleh sebab itu ia mengharapkan bahwa setiap jurnalis harus harus menjalankan tugas jurnalis sesuai dengan kode etik dan menyampaikan informasi dan berita yang memang sesuai untuk kepentingan publik.
"Kita sekarang ini dipaksa untuk melihat berbagai hal menarik tapi bukan kepentingan publik, di Medsos banyak sekali hal menarik, tapi bagaimana kita sebagai jurnalis mengukur, kepentingan publiknya seperti apa,"jelasnya.