Kalbar Kalbar

Kalbar 24 Jam - Maut Bocah 11 Tahun, Kalbar Darurat Kekerasan Anak Hingga 466 Hotspot

Penulis: Rizky Zulham
Editor: Rizky Zulham
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Beragam peristiwa serta kejadian terjadi di Kalimantan Barat (Kalbar) dalam kurun waktu 24 jam terakhir.

Bocah 11 tahun di Singkawang ditemukan meninggal dunia di Kolam Batu Belimbing.

Selain itu, berdasarkan data, dalam 10 hari terakhir, ada delapan kasus kekerasan anak yang terjadi di Kalbar.

Kemudian, BMKG memantau terdapat 466 hotspot yang tersebar di Kalbar.

Baca: Deklarasi Capres Jokowi, Oesman Sapta Duduk di Samping Megawati

Baca: Sebulan Polda Kalbar Amankan 660 Tersangka Tindak Pidana Premanisme dan Kejahatan Jalanan

Berikut rangkuman peristiwa dan kejadian di Kalbar dalam waktu 24 jam terakhir.

1. 466 Hotspot

Petugas pemadam kebakaran swasta meniti di batang pohon yang ditebang saat bersama anggota TNI dan Polri berupaya memadamkan kebakaran lahan di Gang Haji Bahrin, Jalan Parit Haji Husin II, Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (23/7/2018) siang. Api dari pembakaran lahan yang diduga dibuka untuk perumahan tersebut hampir merembet ke perumahan warga yang berada dekat dengan lokasi kebakaran. TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/DESTRIADI YUNAS JUMASANI)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak melalui citra satelit cuaca Terra dan Aqua memantau keberadaan 466 titik panas (hotspot) yang tersebar di seluruh wilayah Kalimantan Barat (Kalbar).

Kabupaten Sanggau terpantau memiliki jumlah titik panas terbanyak yakni 173 titik panas.

Berikut Sebaran Hotspot di Kalbar:

Kabupaten Sambas: 1 Titik
Kabupaten Mempawah: 1 Titik
Kabupaten Sanggau: 173 Titik.
Kabupaten Ketapang: 9 Titik.
Kabupaten Sintang: 62 Titik
Kabupaten Kapuas Hulu: 112 titik
Kabupaten Bengkayang: 4 titik
Kabupaten Landak: 71 titik
Kabupaten Sekadau: 20 Titik
Kabupaten Melawi: 9 titik.
Kabupaten Kubu Raya: 4 Titik.

2. Kalbar Darurat Kekerasan Anak

Kalbar Darurat Anak (TRIBUN PONTIANAK)

Kalimantan Barat (Kalbar) sudah masuk dalam kondisi darurat kasus kekerasan maupun seksual pada anak.

Hal ini diungkapkan oleh Komisioner Komisi Pengawasan dan Pelindungan Anak Daerah (KPPAD) Kalbar, Sulastri di Pontianak, Rabu (8/8/2018).

Ia menerangkan, kekerasan seksual pada anak kerap terjadi di Kalbar, khusunya Kota Pontianak.

Teranyar adalah kasus penelantaran bayi di sebuah kompleks wilayah Sungai Raya Dalam (Serdam).

Menurut Sulastri, kasus-kasus kekerasan seksual dan kasus lainnya terhadap anak di Kota Pontianak memang mengundang perhatian semua pihak.

Hal ini menjadi keprihatianan KPPAD Kalbar.

"Memang kasus kekerasan seksual terhadap anak ini mencuat dalam dua pekan terakhir, dan ini sangat memprihatinkan," ujarnya.

Ia menjelaskan, kasus kekerasan seksual anak sejak awal pelantikan komisioner KPID, terjadi pada akhir April hingga saat ini ada tujuh kasus.

Kekerasan fisik dua kasus, kekerasan psikis tiga kasus, dan dua anak berhadapan dengan hukum, serta hak asuh anak dan penelantaran anak ada sekitar 16 kasus.

"Dari kasus tersebut, lima kasusnya terjadi di Kota Pontianak dan ini perlu peran serta semua pihak dalam mencegahnya," kata dia.

Kekerasan seksual terhadap anak dipertegasnya dominan dilakukan oleh orang-orang terdekat dan ini harus menjadi perhatian semua pihak agar mengawasi anaknya.

Dan masyarakat juga harus mengambil peran dalam mengawasi lingkungan sekitarnya.

Baca: Mitra Kukar Vs Persib, Hariono Is Back! Tetap Saja Maung Bandung Pincang

"Apabila terlihat dan terjadi kejanggalan di lingkungan sekitar setiap masyarakat harus bisa memberikan kepeduliannya jangan hanya acuh," ujar Sulasti.

Kasus kekerasan seksual terhadap anak sangat memprihatinkan.

Ia tegaskan jika kasus ini tak bisa dipandang sebelah mata dan ini merupakan sebuah penyakit sosial.

"Dalam 10 hari terakhir kasus ini ada delapan, Pontianak ada lima, Sanggau satu , Ketapang satu, Kubu Raya satu dan Sambas satu," jelasnya.

Pihaknya siap memberikan pendampingan dan mengawasi proses hukum yang berjalan.

Sulasti berharap, hukuman yang diberikan pada pelaku dapat memberikan efek jera karena dampak perbuatan mereka sangat luar biasa terhadap masa depan anak tersebut.

"Pelakunya merupakan orang terdekat dan korbannya juga mengalami trauma parah. Peristiwa ini menegaskan adanya pergeseran nilai dan norma di masyarakat yang tak mampu mengendalikan nafsunya serta penyimpagan seksual," terangnya.

Saat ini para korban harus didampingi psikolog dan ahli lainnya agar memulihkan trauma mereka.

Memang tak mudah untuk mengobati trauma anak-anak yang menjadi kekerasan seksual ini.

Selain itu, mengenai kasus penelantaran bayi yang ditemukan oleh warga Parit Haji Husein II, Ia jelaskan belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut katena masih dalam penyelidikan pihak kepolisian.

3. Maut Bocah 11 Tahun di Singkawang

Bocah berusia 11 tahun berinisial VC ditemukan tenggelam di Kolam Batu Belimbing, Kelurahan Nyarumkop, Kecamatan Singkawang Timur, Rabu (8/8/2018) sekitar pukul 14.20 WIB. (KOLASE/TRIBUNPONTIANAK.CO.ID)

Bocah berusia 11 tahun berinisial VC ditemukan tenggelam di Kolam Batu Belimbing, Kelurahan Nyarumkop, Kecamatan Singkawang Timur, Kota Singkawang, Kalimantan Barat (Kalbar), Rabu (8/8/2018) sekitar pukul 14.20 WIB.

VC adalah warga Jalan Subarang, RT 10 RW 001 Kelurahan Nyarumkop, Kecamatan Singkawang Timur.

Ia juga merupakan murid SDN di Singkawang Timur.

"Diduga korban tenggelam akibat terjepit di celah ban luar mobil yang digunakan korban untuk berenang sehingga pada saat tenggelam korban tidak bisa melepaskan diri dari ban tersebut," kata Kapolsek Singkawang Timur, Iptu Harsoyo.

Ia mengatakan, sekira pukul 14.00 korban bermain dan berenang di dalam Kolam Batu Belimbing bersama dua  temannya.

Sekitar pukul 14.20 saksi Saruji (47) mendapat informasi ada anak minta tolong karena tenggelam di Kolam Batu Belimbing.

Selanjutnya Saruji menghubungi warga setempat kemudian bersama Suratno (65) mencari dan menyelam di dalam Kolam Batu Belimbing.

Pada saat menyelam saksi menyentuh kaki korban dan begitu ditarik ternyata korban menyatu di dalam ban luar mobil yang dijadikan pelampung.

"Korban diangkat ke permukaan air dan sudah dalam keadaan tidak sadar," katanya.

Saruji lantas meminta bantuan warga menghubungi Polsek Singkawang Timur dan korban langsung dibawa ke Puskesmas Singkawang Timur 1.

Setibanya di Puskesmas, korban langsung diperiksa petugas Puskesmas.

Korban pun dinyatakan sudah meninggal dunia sehingga pihak keluarga langsung membawa korban ke rumah orangtuanya.

Berita Terkini