6 Camilan Aneh di Dunia, dari Semut Panggang hingga Burger Berisi Puluhan Cacing

Penulis: Mirna
Editor: Marlen Sitinjak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Wartawati Tribunpontianak.co.id, Mirna

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Banyak sekali variasi camilan yang biasa dijadikan bahan penunda lapar sementara.

Makanan ringan biasa dinikmati saat seseorang sedang kelaparan tapi tak bisa makan makanan berat.

Makanan ringan juga disukai banyak orang karena kemudahaan mengkonsumsinya.

Tak ribet, tak perlu berada di satu tempat khusus.

Baca: Makanan Murah dan Lezat Mudah Kamu Dapat di 7 Negara Ini! Asia Tenggara Paling Banyak

Baca: Jenius! Bocah 11 Tahun Lulus Kuliah, Inilah Sosoknya

Baca: Lebih dari 270 Jaksa Bermasalah, Komisi III DPR RI Minta Kejaksaan Berbenah

Tapi, bagaimana jika sebuah cemilan dibuat dari bahan yang tak biasa?

Bahkan bisa dibilang bahan dasar untuk membuat cemilan tersebut cenderung membuat kita berpikir ulang untuk memakannya.

Berikut beberapa camilan teraneh dan terunik di dunia. Simak ya guys!

1. Hormiga Coluna

Semut panggang, atau yang lebih dikenal sebagai hormiga coluna di Kolombia, merupakan cemilan yang sering dilahap oleh masyarakat lokal Kolombia ketika mereka datang ke bioskop untuk nonton film.

Agak aneh sih, sebagai pengganti popcorn, tapi memang seperti itulah kenyataannya!

Orang-orang di sana memiliki pendapat bahwa rasa semut kalau dipanggang itu seperti daging yang gurih dan renyah.

Gimana, kamu mau coba sensasi nonton bioskop sambil ngunyah semut panggang?

2. Pigeon and Worm Burger

Mau coba burger yang beda daripada yang lain guys?

Nih ada burger ekstrem dari London, yaitu burger berisi daging merpati pedas dan berisi puluhan cacing.

Sabar guys, jangan muntah dulu waktu denger kata cacing.

Makanan ini malah mengandung sumber kalsium dan protein.

Dan katanya sih burger ini paling diminati orang-orang London loh guys.

3. Black Pudding

Bukan benar-benar menjadi puding, black pudding adalah jenis sosis yang sering disajikan di Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia yang dibuat dengan menggunakan darah.

Varian sosis ini muncul di berbagai belahan dunia, tetapi jenis yang paling tradisional ditemukan di Kepulauan Inggris.

Cara masaknya ialah darah babi dicampur dengan gandum, rempah-rempah, daging, dan lemak, sebelum akhirnya dipanggang atau diiris tipis-tipis.

Warna gelap atau hitam puding ini disebabkan karena darah.

Meski rasanya cukup kuat, tapi sebenarnya sosis ini cukup bergizi dan mengandung banyak zat besi, protein, dan zink.

4. Fried Worm

Frieds Worms, dalam bahasa Indonesia adalah cacing goreng.

Hewan melata yang menjijikkan tersebut biasa digoreng untuk dijadikan camilan oleh masyarakat di Thailand.

Terdengar sangat menjijikkan bukan?

Akan tetapi makanan ini cukup diminati bagi warga Thailand.

Daging cacing dianggap bergizi, karena terdapat sumber protein dan karbohidrat serta detoksifikasi.

Camilan cacing goreng biasanya digoreng dengan bumbu bawang putih.

Jika ingin mencobanya, kamu bisa dengan mudah menemukannya di beberapa bar lokal yang ada di Thailand.

5. Lollipop Kalajengking

Lollipop harusnya jadi makanan yang identik dengan anak kecil karena ukurannya yang kecil, imut, rasanya yang juga manis bisa bikin bahagia kala memakannya.

Tapi bagaimana kalau lollipop yang kamu nikmati berisi sebuah binatang predator seperti kalajengking?

Enggak kebayang deh gimana kalau makan ngemutin lollipop kemudian ada tangan-tangan kasar berukuran kecil yang siap mendarat di lidah.

6. Tarantula Goreng

Camilan teraneh dan terseram yang pernah ada.

Tarantula, atau sejenis laba-laba beracun mematikan, digoreng kering kemudian disajikan dengan saus.

Menu yang satu ini juga misteri nih berasal dari mana dan kenapa bisa ada orang yang punya ide untuk membuat menu dari sebuah tarantula?

Itulah tadi beberapa camilan di dunia yang sangat aneh.

Tapi meskipun begitu, camilan-camilan tadi sudah menjadi favorit di tempat asalnya loh.

Jadi, berani coba guys?

Kenapa Bungkus Keripik Lebih Banyak `Angin` daripada Isi?

Makan camilan seperti keripik ketika menonton televisi memang sesuatu yang mengasyikkan.

Kadang-kadang, kita bahkan tidak tahu berapa banyak bungkus keripik yang sudah dihabiskan untuk menonton drama favorit kita.

Tapi, ada satu hal yang kurang menyenangkan tentang camilan keripik yang kita makan saat bersantai itu.

Jika dilihat dari luar sebelum dibuka, bungkus camilan keripik itu terlihat besar dan kita membayangkan isinya pasti banyak.

Tapi ketika membuka bungkusnya, kita pasti kecewa karena isinya sedikit saja.

Justru bungkus camilan keripik itu lebih banyak diisi angin saja.

Kita tentu bertanya-tanya, mengapa produsen camilan semacam keripik lebih banyak mengisi angin daripada keripik itu sendiri?

Apakah mereka berusaha menipu konsumen dan hanya mencari keuntungan saja?

Sebenarnya ada beberapa sebab mengapa produsen berbuat demikian.

Dalam industri manufaktur, penggunaan 'angin' atau 'slack fill' ini memang disengaja dalam produk mereka. Bungkus keripik diisi dengan angin ini bertujuan untuk menciptakan perlindungan bagi keripik itu sendiri.

Selama ini kita mungkin tidak pernah memikirkan perjalanan si keripik dari pabrik hingga di atas meja kerja atau belajar, bukan?

Keripik ini dikeluarkan dari pabrik, dimuat di dalam truk, sebelum diangkut dan dijual di gerai ritel.

Jika bungkusnya tidak diisi dengan 'angin', maka keripik-keripik itu akan hancur dan menjadi seperti tepung.

Kalau sudah hancur, tentu saja produsen tidak dapat menghasilkan keuntungan karena dianggap sebagai produk yang rusak.

Kita sebagai pembeli tidak ingin mendapat keripik hancur dan menjadi tepung, bukan? (*)

Subscribe now for more Video Tribun Pontianak Videos:

Berita Terkini