Sambut Baik Rakor, Ini Pesan RD John Rustam untuk Pemuka Agama Katolik dan Umat

Penulis: Jimmi Abraham
Editor: Rizky Zulham
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perwakilan Keuskupan Agung Pontianak, RD John Rustam saat diwawancarai usai Rapat Koordinasi (Rakor) Pembinaan Agama Katolik Se-Kalimantan Barat Tahun 2018 di Grand Kartika Hotel, Jalan Rahadi Usman Pontianak, Kamis (12/4/2018) sore.

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizky Prabowo Rahino

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Perwakilan Keuskupan Agung Pontianak, RD John Rustam menegaskan Rapat Koordinasi (rakor) Pembinaan Agama Katlik Se-Kalimantan barat menjadi masukan bagi gereja Katolik guna mengupayakan kehidupan damai dalam keberagaman.

“Karena kita tahu masyarakat Indonesia, khususnya Kalbar sangat beragam. Artinya Bhinneka Tunggal Ika, Berbeda namun tetap satu,” ungkapnya saat diwawancarai Tribun Pontianak usai Rapat Koordinasi (Rakor) Pembinaan Agama Katolik Se-Kalimantan Barat Tahun 2018 di Grand Kartika Hotel, Jalan Rahadi Usman Pontianak, Kamis (12/4/2018) sore.

Baca: Pilkada Serentak 2018, Pj Gubernur Minta Hal Ini ke Umat Katolik Kalbar

Pastor Paroki MRPD Pancasila ini juga mengatakan rakor menambah wawasan yang nantinya dibawa oleh pemuka agama Katolik ke tengah umat. Ketika para Pastor, Bruder, Frater dan Suster kembali ke Paroki masing-masing.

“Itu misi penting dari ini semua. Apalagi situasi menjelang Pilkada sekarang. Bagaimana supaya konflik diminimalisir, jangan sampai membuat perpecahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” terangnya.

Ia menambahkan berbeda pendapat dalam memilih pemimpin adalah hal biasa dan hak masing-masing individu. Perlu penegasan agar perbedaan pendapat tidak memicu perpecahan, melainkan membuat semua paham dan mengerti satu sama lain harus menjunjung persatuan dan kesatuan.

“Semua harus bersatu, perbedaan itu seperti lukisan. Kalau cuma satu warna misalnya biru, itu bukan lukisan. Namun, kalau berbagai warna dicampur satu, itu maka menjadi lukisan yang indah,” jelasnya.

RD John Rustam berpesan kepada para Pastor, Bruder, Frater dan Suster untuk bersikap tidak memihak dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

“Harus ada netralitas di sini sehingga tidak ada perpecahan.  Ini sebagaimana diamanatkan oleh Uskup Agung Pontianak,” imbuhnya.

Ia mengibaratkan Pilkada seperti pemilihan pemimpin gereja. Jika pemimpin gereja netral maka akan ada kedamaian, kesatuan dan kebersamaan. Dalam kontestasi Pilkada, tentunya masing-masing calon pemimpin ada calon pendukung.

“Semua itu pada akhirnya adalah pilihan diri sendiri. Untuk Pilkada, maka pemilihan itu diarahkan untuk bagaimana umat memilih sesuai hati nurani dan pemimpin yang dikehendaki yang membawa bangsa ke arah lebih baik kemajuan kesatuan dan kedamaian,” tukasnya.

Berita Terkini