TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SURABAYA - Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono menjelaskan para tersangka menghack atau merusak sistem elektronik milik korban.
Setelah merusak sistem, tersangka mengirim email ke korban untuk membayar sejumlah uang.
"Pembayaran dilakukan melalui akun paypal atau akun bitcoin. Apabila korban tidak mau membayar maka tersangka akan menghancurkan sistem milik korban," ujar Kombes Argo saat dihubungi Surya, co.id, Selasa (13/3/2018).
Baca: Mobile Legends Otak-Atik Karakternya, Minotaur Dapat Buff, Kagura Kena Nerf!
Penangakapan Tim Satgas Cyber Polda Metro Jaya terhadap tersangka membutuhkan waktu sekitar dua bulan berkat informasi dari FBI Amerika Serikat bahwasanya ada aktivitas peretasan oleh sekelompok orang dari Indonesia.
"Dari situ akhirnya menemukan dugaan bahwa akses illegal dilakukan sekelompok hacker di Surabaya yang menamakan diri mereka sebagai Surabaya Black Hat (SBH)," papar mantan Kabid Humas Polda Jatim ini.
Berdasarkan bukti yang dimiliki penyidik, kelompok ini sudah bekerja terhadap 3.000 sistem elektronik di seluruh negara termasuk Indonesia.
Baca: Manchester United Tersingkir! Sevilla Cetak Sejarah di Liga Champions
Negara-negara tersebut di antaranya Thailand, Australia, Turki, UEA, Jerman, dan Perancis.
Kemudian Inggris, Swedia, Bulgaria, Ceko, dan Taiwan, Tiongkok dan Italia.
Selanjutnya, Kanada, Argentina, Pantai Gading, Korea Selatan, Cillie, Kolombia, India, Singapura, Irlandia, dan Meksiko.
Lalu, Spanyol, Iran, Nigeria, Rusia, New Zealand, Rumania, Uruguai, Belgia, dan Hongkong.
Baca: 5 Fakta Pria Tak Dikenal Buang Kotoran Manusia di Masjid Baiturrahman Pontianak
Kemudian, Alabania, Dubai, Vietnam, Belanda, Pakistan, Portugal, Slovenia, Kep. Caribian, Maroko, dan Libanon.
"Sesuai pengakuan tersangka, pendapatan yang mereka peroleh dalam kejahatan selama tahun 2017 berkisar antara Rp 50 juta – Rp 200 juta," tandas Kombes Argo. (Surya/Anas Miftakhudin)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Hacker Surabaya Bisa Akses 3.000 Sistem Elektronik di Dunia, Setalhun Mereka Meraup Rp 200 Juta.