Pangdam XII Tanjungpura Sambangi Pengurus DAD Kalbar, Yakinkan TNI Netral

Penulis: Stefanus Akim
Editor: Madrosid
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pangdam XII Tanjungpura, Mayjen TNI Achmad Supriyadi, menyambangi pengurus DAD Kalbar, Rabu (31/1).

Citizen Reporter

Oleh: Yohanes Supriyadi | Biro Humas Publikasi dan Dokumentasi DAD Kalbar

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pangdam XII Tanjungpura, Mayjen TNI Achmad Supriyadi, menyambangi pengurus Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kalbar di Rumah Betang, Jl Sutoyo Pontianak, Rabu (31/1/2018).

Rumah Betang yang juga merupakan "markas besar" Suku Dayak di Kota Pontianak ini, mantan Kasdam XII Tanjungpura ini bertemu dengan Ketua Umum DAD Kalbar Ir Jakius Sinyor yang didampingi pengurus DAD Provinsi Kalbar lainnya Thadeus Yus SH MPA, Thomas Alexander SSos MSi, NCH Saiyan SH MH, Drs Nazarius, Khatarina Lies SPd, dan Agustina Titin SP.

Baca: Menteri Agama Bikin Heboh Jagad Maya, Tulisan Arab yang Diunggahnya Bikin Netizen Ngakak

Dalam sambutannya Jakius Sinyor menjelaskan tentang keberadaan dan program DAD sebagai ormas terbesar suku Dayak di Kalbar.

Termasuk tentang dinamika sosial politik di Kalbar menjelang Pilkada Serentak Tahun 2018.

Meningkatnya cyber crime, narkotika, kriminalitas, perdagangan ilegal di perbatasan negara, perebutan akses sumber daya baik tanah, sungai maupun hutan antara penduduk tempatan dengan investor perkebunan, HTI, pertambangan, Industri dan HPH.

Mantan Ketua Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kalbar ini juga menyinggung penyebaran ideologi tertentu oleh petinggi ormas radikal dan intoleran yang berasal dari luar Kalbar dan ajarannya yang bertentangan dengan NKRI, dan Pancasila hanya beberapa sebab Kalbar disebut sebagai provinsi ke-3 paling rawan di Indonesia.

Baca: Anang Hermansyah akan Jalani Operasi Kemaluan, Dokter Berikan Gambaran yang Menyeramkan

"Kalbar pada dasarnya aman, masyarakat biasa hidup berdampingan tanpa sekat, kondisi berubah ketika orang luar datang ke Kalbar dan memperkeruh tatanan sosial yang ada," ujar Jakius.

Sementara itu, Pangdam Tanjungpura, Mayjen TNI Achmad Supriyadi, menjelaskan bahwa sebagai pengawal ideologi negara, TNI memerlukan dukungan dari semua elemen rakyat untuk menciptakan Kalbar yang aman dan damai baik pada Pilkada serentak 2018 maupun tahun-tahun mendatang.

"Percayalah, TNI tetap netral," janji Jenderal bintang dua ini sambil menjelaskan bahwa ia baru bertugas di Kalbar dan sangat senang dengan kearifan lokal orang Dayak.

Pada diskusi selanjutnya yang dipandu langsung Ketua Umum DAD Kalbar ini, beberapa pengurus DAD Prov Kalbar menjelaskan berbagai fenomena sosial budaya di Kalbar kepada Pangdam.

Thomas Alexander menjelaskan isu konflik agraria di Kalbar karena perebutan akses sumber daya alam antara orang Dayak sebagai penduduk tempatan dengan penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing.

Baca: Warga tetap antusias Melihat Gerhana kendati Langit Pontianak Mendung

"Orang Dayak seringkali dikalahkan dan disalahkan bilamana terjadi konflik sosial menyangkut agraria. Tapi sebagai DAD, kami tidak akan diam. Kami akan membantu pemerintah dan rakyat untuk mendudukan persoalan sebenarnya," ujar tokoh Dayak yang juga anggota DPRD Kalbar ini.

NCH Saiyan menjelaskan tentang perjuangan politik orang Dayak di Kalbar dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan negara.

"Dayak itu pejuang, namun belum dihargai layaknya pejuang negara ini," ujar mantan anggota DPRD Kalbar ini.

Sementara itu Thadeus Yus, menjelaskan tentang eksistensi hukum adat Dayak di Kalbar.

"Di Kalbar, orang Dayak terikat dengan warisan budaya leluhurnya baik praktik adat istiadat maupun hukum adat," kata Thadeus, dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura.

Baca: Sambut Gerhana, Ratusan Santri Ponpes Darussalam Sengkubang Salat Khusuf

"Faktanya, meskipun sudah menganut agama dunia, namun orang Dayak masih mempraktikan adat istiadat dan hukum adat warisan leluhurnya sebagai bagian dari kearifan lokal."

Sedangkan salah satu tokoh perempuan, Khatarina Lies, menjelaskan tentang eksistensi kaum perempuan Dayak dalam dinamika kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik di Kalbar.

Koordinator Biro Perempuan DAD Kalbar ini mengatakan, beberapa kasus human trafficking, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan terhadap perempuan Dayak sering terjadi baik di perkotaan maupun di perbatasan.

"Kasus memilukan sering terjadi. Perkawinan campur antara kaum perempuan Dayak dengan suku lain yang berujung dengan konversi agama sering terjadi. Demikian pula di areal perkebunan sawit misalnya, kaum perempuan Dayak dinikahi pekerja dari luar pulau yang bekerja di situ secara adat namun kemudian ditinggal lari, demikian juga kaum perempuan Dayak di perbatasan negara sana," katanya.

"Kami banyak mendapat laporan dari masyarakat tempatan, dan akan kami tindaklanjuti dengan membentuk tim advokasi perempuan Dayak Kalbar," ujar aktivis perempuan mantan anggota DPRD Prov Kalbar ini

Berita Terkini