DIB Beri Pelatihan Warga Pelapis, Bawa Semangat Baru bagi Nelayan dan Ibu Rumah Tangga

Program tersebut meliputi peningkatan teknologi penangkapan ikan, budidaya perikanan, hingga pengolahan hasil tangkapan laut.

Penulis: Nur Imam Satria | Editor: Mirna Tribun
TRIBUNFILE/ISTIMEWA
MEMBERSIHKAN IKAN - Ibu-ibu Dusun Kelawar, Desa Pelapis, Kayong Utara, membersihkan ikan yang menjadi bahan baku pembuatan bakso dan nugget pada pelatihan pengolahan hasil tangkapan laut. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KAYONG UTARA  - Melalui program tanggung jawab sosial (CSR), PT Dharma Inti Bersama (DIB), pengelola Kawasan Industri Pulau Penebang (KIPP), menghadirkan serangkaian program yang menyentuh kehidupan masyarakat.

Program tersebut meliputi peningkatan teknologi penangkapan ikan, budidaya perikanan, hingga pengolahan hasil tangkapan laut.

Ini merupakan semangat baru yang mulai tumbuh di Desa Pelapis, Kepulauan Karimata, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. 

Untuk meningkatkan hasil tangkapan, terutama pada masa paceklik seperti saat ini, DIB bersama tim akademisi dari IPB memperkenalkan penggunaan lampu celup bawah air. 

Dalam uji coba yang dilakukan bersama nelayan Desa Pelapis, penggunaan lampu celup ini mendatangkan tangkapan ikan yang jumlahnya lebih banyak.

Didin Komarudin, Akademisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan, timnya bersama DIB menawarkan teknologi penangkapan baru yang telah terbukti efektif di kalangan nelayan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.

Adapun untuk diversifikasi alat tangkap, Didin dan timnya memperkenalkan bubu lipat yang lebih praktis untuk menangkap rajungan, serta alat tangkap krendet dan gillnet.

Baca juga: DIB Lengkapi Fasilitas Belajar Tujuh TPA di Desa Pelapis 

“Awalnya penuh tantangan, karena nelayan Pelapis sudah bertahun-tahun menggunakan lampu kelong di atas permukaan air dan bubu kotak. Namun setelah tiga hari, mulai ada yang berkata ‘Kami siap, Pak’. Itu tanda nelayan Desa Pelapis terbuka pada inovasi yang kami perkenalkan. Saya optimistis teknologi ini bisa meningkatkan hasil tangkapan mereka,” ujar Didin.

Lebih lanjut Didin menjelaskan, selain menawarkan inovasi teknologi penangkapan ikan, program CSR DIB juga memperkenalkan budidaya ikan dalam kolam-kolam besar dengan akuaponik yang merupakan metode pembesaran ikan sekaligus penanaman sayur. 

“Ini bukan untuk mengganti tradisi melaut, tapi menambah sumber penghasilan. Jika sudah terbiasa, bisa melanjutkan ke kolam berdiameter lima meter. Jadi ada tambahan ekonomi untuk keluarga di Pelapis,” jelasnya.

Syarif Ali Al-Haddad, nelayan dari Dusun Jaya, mulai menaruh harapan. Ia mengaku tertarik dengan pelatihan budidaya akuaponik ini.

“Kalau akuaponik ini bisa diterapkan, tentu sangat membantu. Saya berharap pembinaan ini terus berlanjut sampai warga paham dan bisa yakin bahwa apa yang mereka pelajari, apa yang disampaikan para dosen, bisa diterapkan sebagai penunjang ekonomi keluarga,” katanya.

Para ibu rumah tangga di Desa Pelapis juga menjadi penerima manfaat program CSR DIB

Mereka mendapat pelatihan membuat berbagai olahan hasil laut, seperti bakso ikan, nugget, kerupuk, dan roti. 

Mereka semangat mengolah aneka ikan yang umumnya diabaikan. Karena nilai ekonomis rendah dan berharap pelatihan ini menjadi jalan baru untuk meningkatkan ekonomi keluarga.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved