Sinopsis Film
Frankenstein Guillermo del Toro, Tragedi Cinta dan Pencarian Penerimaan di Balik Monster Ikonis
Film ini bukan sekadar adaptasi dari novel horor klasik Mary Shelley, tetapi juga sebuah eksplorasi mendalam tentang kesepian, rasa bersalah.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Bayangkan sebuah makhluk raksasa yang diciptakan dari potongan tubuh manusia, bangkit bukan untuk menebar teror, tetapi mencari cinta yang tak pernah ia dapatkan.
Inilah kisah yang akan dihidupkan kembali oleh sutradara visioner Guillermo del Toro dalam film terbarunya, Frankenstein, yang dijadwalkan tayang Oktober 2025 di Netflix.
Film ini bukan sekadar adaptasi dari novel horor klasik Mary Shelley, tetapi juga sebuah eksplorasi mendalam tentang kesepian, rasa bersalah, dan konsekuensi dari ambisi manusia yang melampaui batas.
Del Toro, yang dikenal dengan sentuhan magis sekaligus kelam dalam setiap karyanya, menggabungkan tragedi emosional dengan visual yang memukau.
Dibintangi oleh deretan aktor papan atas seperti Oscar Isaac, Jacob Elordi, Mia Goth, dan Christoph Waltz, Frankenstein versi terbaru ini diprediksi menjadi salah satu film paling ditunggu tahun depan.
Proyek ini juga menjadi realisasi mimpi lama del Toro yang telah lama mengagumi karya Shelley.
Melalui film ini, penonton diajak merenung: apakah monster itu tercipta karena wujudnya, atau karena dunia yang menolaknya?
Kisah Victor Frankenstein dan ciptaannya kembali dihadirkan, kali ini dengan kedalaman emosi yang lebih pekat.
Del Toro ingin menunjukkan bahwa di balik wajah menyeramkan, tersimpan jiwa yang merindukan kasih sayang.
Ini bukan hanya cerita tentang horor, ini adalah kisah tentang kemanusiaan.
• Sinopsis Film Primitive War, Ketika Perang Vietnam Bertemu Teror Dinosaurus yang Mematikan
[Cek Berita dan informasi Sinopsis Film KLIK DISINI]
Novel Klasik yang Melampaui Zaman
Frankenstein karya Mary Shelley, terbit pada 1818, bukan sekadar kisah horor, melainkan tonggak awal lahirnya genre fiksi ilmiah.
Shelley menulis tentang Victor Frankenstein, seorang ilmuwan muda yang terobsesi menciptakan kehidupan dari kematian.
Dari bagian tubuh yang dijahit, daging yang dipulihkan, dan baut yang menonjol, lahirlah makhluk yang tak pernah ia bayangkan.
Namun alih-alih merayakan karyanya, Victor justru diliputi ketakutan dan meninggalkan ciptaannya.
Monster itu pun hidup sendiri—ditolak, dibenci, dan akhirnya menjadi simbol kesendirian yang tragis.
Tema isolasi, cinta, kematian, dan pencarian identitas menjadi inti kisah ini.
Tak heran jika selama lebih dari dua abad, Frankenstein terus menginspirasi puluhan adaptasi film, dari The Bride of Frankenstein (1935) hingga Young Frankenstein (1974).
Guillermo del Toro dan Cinta Seumur Hidup pada Frankenstein
Bagi Guillermo del Toro, Frankenstein bukan sekadar novel klasik, ini adalah cinta yang bertahan seumur hidup.
Sutradara pemenang tiga Piala Oscar ini mengaku telah lama terpesona pada kisah monster kesepian yang diciptakan oleh Shelley.
Ada satu kalimat dari sang monster yang selalu ia ingat:
"Aku memiliki cinta lebih banyak dari yang bisa kau bayangkan. Tapi jika aku tidak bisa membangkitkannya, maka aku akan membangkitkan ketakutan."
Bagi del Toro, kalimat itu merangkum inti kemanusiaan, bahwa kebutuhan akan kasih sayang adalah naluri dasar setiap makhluk hidup.
Tema inilah yang kerap muncul dalam karya-karyanya, mulai dari The Shape of Water hingga Pinocchio.
• Sinopsis Film War 2, Pertarungan Jiwa dan Adrenalin di Balik Layar Film Aksi Termahal India
Sinopsis Film Frankenstein 2025
Adaptasi terbaru ini akan tetap setia pada kisah asli Shelley, namun dengan sentuhan khas del Toro yang kaya akan atmosfer visual dan emosi.
Victor Frankenstein, diperankan oleh Oscar Isaac, adalah seorang ilmuwan jenius namun arogan.
Dorongan obsesifnya untuk menciptakan kehidupan dari kematian membawanya pada eksperimen mengerikan.
Ia berhasil menciptakan makhluk hidup diperankan oleh Jacob Elordi dari potongan tubuh manusia.
Namun keberhasilan itu berubah menjadi kutukan.
Sang monster bukan hanya ditolak masyarakat, tetapi juga oleh penciptanya sendiri.
Penderitaan yang dialami keduanya memuncak dalam tragedi, mengajarkan bahwa “bermain menjadi Tuhan” selalu memiliki konsekuensi.
Film ini akan mengangkat dilema moral dan emosional yang dihadapi dua tokoh utamanya: sang pencipta yang dihantui rasa bersalah, dan sang ciptaan yang hanya ingin diterima.
Deretan Bintang di Balik Layar dan Layar Lebar
Selain Isaac dan Elordi, film ini juga diperkuat oleh Mia Goth, Felix Kammerer, Lars Mikkelsen, David Bradley, Christian Convery, dan dua aktor kawakan Christoph Waltz serta Charles Dance.
Musik film akan digarap oleh Alexandre Desplat, komposer pemenang Oscar yang sebelumnya bekerja sama dengan del Toro dalam The Shape of Water.
Kerja sama del Toro dan Netflix bukan hal baru. Sebelumnya, ia sukses dengan Pinocchio (2022), antologi horor Cabinet of Curiosities (2022), serta serial animasi Trollhunters.
Namun, Frankenstein menjadi proyek paling personal baginya—film yang ia impikan sejak awal karier.
Ekspektasi dan Misteri Latar Waktu
Hingga kini, detail latar waktu dalam film masih dirahasiakan.
Apakah del Toro akan mempertahankan nuansa abad ke-19 seperti dalam novel, atau membawanya ke era modern?
Misteri ini justru menambah rasa penasaran penggemar.
Yang jelas, del Toro menjanjikan sebuah film yang memadukan horor gotik, drama emosional, dan renungan filosofis.
Seperti karya-karya sebelumnya, ia diyakini akan memberi ruang besar pada kemanusiaan di balik tokoh-tokoh “monster”-nya.
Kisah Monster yang Menggugah Empati
Meski berangkat dari genre horor, Frankenstein versi Guillermo del Toro tampaknya akan lebih banyak mengundang air mata ketimbang teriakan ketakutan.
Penonton diajak memahami bahwa monster sejati kadang bukanlah makhluk yang kita lihat, melainkan sikap manusia yang menolak dan menghakimi.
Di balik tubuh yang disatukan dari sisa-sisa kematian, ada hati yang ingin dicintai.
Dan di balik ambisi menciptakan kehidupan, ada kesadaran pahit bahwa kita tak selalu siap menanggung konsekuensinya.
Pada akhirnya, Frankenstein adalah cermin bagi kita semua, tentang cinta, kehilangan, dan arti menjadi manusia.
(*)
• Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
• Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
Frankenstein Guillermo del Toro
Sinopsis Frankenstein 2025
Film Frankenstein Netflix
Oscar Isaac sebagai Victor Frankenstein
Jacob Elordi pemeran monster Frankenstein
Kisah Victor Frankenstein dan monster
Novel Frankenstein 1818
Adaptasi Frankenstein Mary Shelley
Film Pangku Reza Rahadian, Debut Sutradara dengan Kisah Kopi Pantura 2025 |
![]() |
---|
Film Keadilan The Verdict Tayang 2025, Kolaborasi Korea-Indonesia yang Mengguncang |
![]() |
---|
Film Si Paling Aktor 2025, Kisah Figuran Terjebak Situasi Hidup dan Mati |
![]() |
---|
Shadow Force 2025, Film Aksi-Thriller dengan Intrik Keluarga dan Organisasi Rahasia |
![]() |
---|
Film Tumbal Darah 2025 Hadir dengan Horor Psikologis dan Ritual Mistik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.