Perang Melawan Stunting, Kolaborasi Pemerintah & Stakeholder Diintensifkan Lewat Program BAAS

penanganan stunting tidak bisa hanya mengandalkan Puskesmas, tetapi membutuhkan keterlibatan semua pihak.

Editor: Jamadin
Humas Polsek Toba
RAPAT KOORDINASI - Pemerintah Kecamatan Toba menggelar Rapat Koordinasi Pencegahan dan Penanganan Stunting melalui Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), Rabu 16 Juli 2025. Kegiatan ini sebagai wujud komitmen nyata memerangi stunting yang masih menjadi persoalan krusial di wilayah tersebut. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SANGGAU  - Pemerintah Kecamatan Toba menggelar Rapat Koordinasi Pencegahan dan Penanganan Stunting melalui Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) sebagai wujud komitmen nyata memerangi stunting yang masih menjadi persoalan krusial di wilayah tersebut.

Rapat ini berlangsung pada Rabu pagi, 16 Juli 2025, pukul 09.25 WIB, bertempat di Ruang Pertemuan Kecamatan, Dusun Teraju Barat, Desa Teraju, Kecamatan Toba, Kabupaten Sanggau.

Kegiatan ini digelar atas dasar Surat Undangan Camat Toba Nomor: 400.7.2/26/KESRA tertanggal 14 Juli 2025, dan dihadiri oleh 30 peserta yang berasal dari berbagai unsur, mulai dari petugas kesehatan, perwakilan perusahaan, hingga aparat TNI dan Polri.

Hadir dalam kegiatan ini antara lain Camat Toba Kanisius Bheny, Danramil Toba Kapten Inf. Agus Mulyanah, Kapolsek Toba Iptu Arnold Rocky Montolalu, SH, MH, serta Kepala Puskesmas Toba Ayan Susanto beserta tim penanganan stunting Puskesmas Teraju.

Dalam sambutannya, Camat Toba menekankan pentingnya sinergi seluruh pemangku kepentingan dalam mendukung program BAAS.

Ia menyebut bahwa anggaran penanganan stunting dari pemerintah sangat terbatas, sehingga peran aktif stakeholder seperti dunia usaha dan institusi vertikal menjadi sangat krusial.

“Program ini akan berjalan selama enam bulan ke depan, fokus pada pemberian makanan tambahan dan vitamin untuk anak-anak yang teridentifikasi mengalami stunting,” ujarnya.

Kepala Puskesmas Toba, Ayan Susanto, menyampaikan bahwa penanganan stunting tidak bisa hanya mengandalkan Puskesmas, tetapi membutuhkan keterlibatan semua pihak.

Pontianak Raih Peringkat Pertama Penurunan Stunting se-Kalimantan Barat

Ia menjelaskan bahwa selama ini pihaknya telah melakukan pemetaan, penyuluhan, dan pelaksanaan Posyandu di seluruh desa.

Namun, tantangan tetap ada, seperti keterbatasan dana, kurangnya tenaga gizi, serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam program kesehatan anak.

Dalam sesi diskusi, Kapolsek Toba Iptu Arnold Rocky Montolalu mengungkapkan bahwa Polri juga turut mengambil peran aktif dalam program pencegahan stunting melalui kegiatan sosial kemasyarakatan.

“Kami dari Polsek Toba telah melaksanakan pemberian makanan tambahan bergizi kepada anak-anak stunting di wilayah hukum kami. Ini adalah bagian dari dukungan konkret terhadap program BAAS,” tegasnya.

Kapolsek juga menyoroti pentingnya pengawasan terhadap distribusi bantuan agar tepat sasaran. Jangan sampai bantuan makanan tambahan dan vitamin tidak sampai kepada yang benar-benar membutuhkan.

“Polri siap membantu pengawasan distribusinya agar program ini efektif dan berkelanjutan,” imbuhnya.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh stakeholder yang telah berperan serta, termasuk perusahaan-perusahaan yang bersedia menjadi ‘bapak asuh’ bagi anak-anak stunting di wilayah Toba.

Diskusi juga memunculkan sejumlah kendala yang selama ini menghambat efektivitas program stunting, antara lain rendahnya kesadaran orang tua untuk datang ke Posyandu, minimnya pemahaman tentang gizi, keterbatasan kapasitas kader Posyandu, hingga jumlah SDM kesehatan yang tidak sebanding dengan kebutuhan lapangan.

Sistem penganggaran yang belum fleksibel juga menjadi catatan tersendiri dalam pelaksanaan program.

Dari hasil rapat disepakati bahwa seluruh stakeholder menyatakan dukungannya terhadap program penanganan dan pencegahan stunting.

Mereka berkomitmen memberikan tambahan makanan bergizi berupa telur, susu, dan vitamin selama enam bulan ke depan sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap peningkatan gizi anak-anak di Kecamatan Toba.

Data yang dipaparkan menunjukkan bahwa dari total 1.353 balita di Kecamatan Toba, sebanyak 924 balita telah mendapat intervensi.

Namun, masih terdapat 121 balita yang masuk kategori pendek dan sangat pendek, dengan persentase stunting mencapai 20,57 persen.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 21 anak memerlukan perhatian khusus dan intensif dari seluruh pihak.

Rapat koordinasi ini menjadi langkah penting dalam menata ulang strategi dan memperkuat kolaborasi antar-lembaga dalam menekan angka stunting di Kecamatan Toba.

Dengan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, aparat keamanan, dan masyarakat, diharapkan prevalensi stunting di wilayah ini dapat ditekan secara signifikan dalam waktu dekat.

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!! 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved